Gerak IHSG Terbatas Jelang Rilis Neraca Dagang, Pertanda Apa?

Putra, CNBC Indonesia
Selasa, 15/11/2022 09:19 WIB

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,21% di 7.034,11 pada perdagangan Selasa (15/11/2022). IHSG lanjut menguat dengan apresiasi 0,32% di 7.041,61 setelah perdagangan berjalan tiga belas menit pasca pembukaan.

Tiga indeks utama Wall Street kompak ditutup di zona merah pada perdagangan perdana minggu ini karena investor mengambil jeda dari reli besar minggu lalu dan mencerna lebih banyak berita perusahaan dan data ekonomi.

Dow Jones Industrial Average turun 211,16 poin atau 0,63%, S&P 500 turun 0,89% menjadi dan indeks komposit padat teknologi Nasdaq turun 1,12%. Perdagangan tercatat relatif berombak sepanjang hari, dengan Dow gagal mempertahan momentum setelah dibuka di zona hijau dan akhirnya ikut meluncur ke zona merah jelang penutupan.


Pada sesi awal perdagangan, indeks saham utama sempat menguat sesaat setelah Wakil Ketua Federal Reserve Lael Brainard mengindikasikan bank sentral dapat segera memperlambat laju kenaikan suku bunganya, memberikan beberapa kenyamanan bagi pasar.

Namun sentimen dari Brainard tampaknya tidak mampu menenangkan investor yang sudah terbebani lebih dulu dengan pernyataan Gubernur The Fed Christopher Waller akhir pekan kemarin.

Pada perdagangan senin saham merayap turun dan imbal hasil obligasi meningkat salah satunya karena imbas dari Gubernur Fed Christopher Waller yang menyebut investor bereaksi berlebihan terhadap data inflasi yang lemah minggu lalu. Dia mengatakan pasar harus bersiap untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Sentimen datang dari dalam negeri adalah rilis data Neraca Perdagangan Indonesia per Oktober 2022 yang dijadwalkan akan dirilis pagi ini pukul 11.00 WIB. Adapun data terbaru untuk September, neraca perdagangan RI tercatat surplus senilai US$ 4,99 miliar.

KonsensusTrading Economicsmemproyeksi bulan ini neraca perdagangan RI kembali surplus dan memperpanjang rekor menjadi surplus 30 bulan beruntun. Meski demikian angkanya diprediksi turun menjadi US$ 4,5 miliar.

Penurunan ini - apa lagi jika gapnyasemakin besar dari bulan lalu - dapat menjadi sentimen yang kurang mengenakkan bagi pasar keuangan, khususnya rupiah.

Sebaliknya, apabila pengumuman pagi ini bisa melampaui konsensus pasar, data neraca dagang dapat berpotensi menjadiboosterdan menambah kepercayaan diri investor.


(trp/trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat