CNBC Indonesia Research

Emiten Jack Ma BBYB Nggak Jadi Rights Issue Rp 5 T, Kenapa?

Riset, CNBC Indonesia
15 November 2022 07:05
Emiten bank digital, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) meraih dana Rp 2,5 triliun melalui penambahan modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMTED) atau rights issue.
Foto: Suasana digital lounge Bank Neo Commerce di Ashta SCBD (Dok.BNC)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten bank digital yang dibekingi oleh perusahaan fintech milik Jack Ma Akulaku Silvrr yaitu PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) belum lama ini merevisi target right issue.

Target nilai pendanaan yang diperoleh dari aksi korporasi right issue dipangkas dari Rp 5 triliun menjadi Rp 1,7 triliun setelah emiten perbankan digital dengan lambang kucing ini menunda pelaksanaan yang ditargetkan awal tahun.

BBYB akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2,61 miliar lembar saham baru di harga Rp 650/saham sehingga untuk setiap investor yang menggenggam 18 saham BBYB hingga 22 November 2022 berhak mendapatkan rights sebanyak 5.

Apabila menggunakan laporan keuangan periode September 2022 harga tersebut setara dengan 2,72 kali nilai bukunya.

Untuk diketahui, BBYB tergolong ke dalam bank KBMI I dengan modal inti per September 2022 masih Rp 2,1 triliun. Artinya untuk memenuhi ketentuan OJK minimal Rp 3 triliun, setidaknya butuh suntikan dana sekitar Rp 900 miliar lagi.

Jika aksi korporasi berupa right issue yang akan dilakukan sukses, maka modal inti BBYB akan naik dan sudah pasti memenuhi ketentuan yang ditetapkan OJK.

Namun sayangnya kondisi pasar sedang kurang kondusif terutama untuk emiten-emiten yang berbau teknologi termasuk digital bank.

Tidak seperti tahun 2021 ketika saham-saham teknologi sedang hype, kini pesonanya meredup. Tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi bank-bank digital yang hendak menggelar aksi korporasi seperti penambahan modal.

Dari sisi kinerja, BBYB sebenarnya mencatatkan pertumbuhan yang agresif. Kredit tumbuh 133% year on year (yoy) menjadi Rp 8,9 triliun hingga September 2022.

Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh 90% yoy menjadi Rp 12,7 triliun. Namun sayangnya proporsi DPK BBYB masih timpang dan didominasi oleh dana mahal alias deposito yang mencapai 73%.

Meskipun demikian pendapatan bunga bersih BBYB melonjak 388% yoy karena pendapatan bunga naik lebih tinggi dari beban bunga. Untuk bank dengan modal Rp 2,1 triliun, pendapatan bunga bersih BBYB tergolong jumbo karena mencapai Rp 989 miliar.

Pendapatan operasional lain juga naik 441% yoy menjadi Rp 312,3 miliar yang didorong oleh pendapatan atau fee ATM. Secara total top line BBYB 399% menjadi Rp 1,3 triliun.

Hanya saja dari sisi beban biaya BBYB mengalami pembengkakan yang signifikan. Hampir seluruh pos beban biaya naik. Beban tenaga kerja naik 64% yoy akibat aktivitas dan rekrutmen karyawan.

Beban umum dan administrasi melesat 206% yoy akibat melesatnya biaya transfer, pemeliharaan teknologi, telekomunikasi dan jasa pihak ketiga.

Kemudian beban pemasaran naik 113% yoy akibat peningkatan biaya sponsor dan promosi serta iklan. Menariknya lagi BBYB juga mencatatkan kerugian penurunan nilai aset keuangan dan non-keuangan yang bengkak sampai 2.154% yoy. Hal ini disebabkan karena pembentukan pencadangan kredit yang naik 29 kali menjadi hampir Rp 564 miliar.

Kenaikan beban pencadangan biasanya diakibatkan oleh pemburukan kualitas aset. Untuk diketahui, rasio kredit macet (NPL) BBYB pada September 2021 sempat mencapai 4,36% secara gross. Namun pada September 2022 rasio NPL turun menjadi 1,88%. BBYB juga mencatatkan penghapusbukuan yang mencapai Rp 563 miliar.

Well, sampai di sini total beban operasional BBYB bengkak 261% yoy menjadi hampir Rp 1,9 triliun sehingga mencatatkan rugi operasional mencapai Rp 600 miliar atau bengkak 125% yoy. Sementara itu rugi bersihnya mencapai Rp 602 miliar.

Rp Juta

9M22

9M21

Growth

Kredit

8,934,644

3,842,396

133%

DPK

12,672,369

6,676,455

90%

CASA

3,398,956

1,695,442

100%

Deposito

9,273,413

4,981,013

86%

CASA Ratio

27%

25%

Pendapatan Bunga

1,480,807

453,977

226%

Beban Bunga

491,531

251,082

96%

Pendapatan Bunga Bersih

989,276

202,895

388%

Pendapatan Operasional Lain

312,270

57,719

441%

Top Line

1,301,546

260,614

399%

Beban Tenaga Kerja

179,895

109,826

64%

Beban Umum & Administrasi

794,377

259,287

206%

Beban Pemasaran

270,667

127,284

113%

Kerugian Nilai Aset Keu & Non-Keu

652,561

28,949

2154%

Jumlah Beban Operasional

1,897,500

525,346

261%

Rugi Operasional

- 595,954

- 264,732

125%

Rugi Bersih

- 601,171

- 264,744

127%

Dengan kerugian yang bengkak tersebut akhirnya membuat defisit saldo laba BBYB bengkak menjadi Rp 1,55 triliun sehingga nilai ekuitasnya pun mengalami penurunan.


(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular