Breaking News: Harga Gas Melonjak 14%, Batu Bara Mengekor!
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara akhirnya menggeliat setelah terpuruk pekan lalu. Pada perdagangan Senin (14/11/2022), harga batu bara kontrak Desember di pasar ICE Newcastle tercatat US$ 309 per ton. Harga pasir hitam menguat 3,2% dibandingkan perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (11/11/2022).
Penguatan hari ini membawa pasir hitam kembali ke level US$ 300 per ton. Dalam sepekan, harga batu bara masih ambruk 7,6 % secara point to point. Dalam sebulan terakhir, harga batu bara juga sudah anjlok 22,3% tetapi dalam setahun masih melonjak 112%.
Kembali menggeliatnya harga batu bara ditopang oleh pergerakan harga gas alam (LNG) Eropa. Harga gas naik karena ada persoalan pengiriman dari Norwegia serta prakiraan lebih dinginnya suhu di Eropa pada minggu ini.
Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) kemarin melonjak ke 113,70 euro per megawatt-jam (MWh). Harga tersebut sudah melonjak 16% sehari.
Dilansir dari Bloomberg, lembaga prakiraan cuaca Maxar Technologies LLC memperkirakan suhu Eropa akan terjun bebas pada pekan ini. Suhu di Berlin, Jerman, bahkan diperkirakan berada di bawah 0 derajat Celcius. Dengan suhu di bawah itu, warga dihimbau untuk menggunakan heater.
Sebelumnya, Copernicus Climate Change Service memperkirakan cuaca musim dingin 2022/2023 akan cenderung hangat. Kondisi ini akan menekan penggunaan energi.
Kenaikan harga gas juga dipicu oleh terganggunya dua fasilitas gas milik Norwegia di Asgard. Fasilitas tersebut berhenti beroperasi setelah mengalami kebakaran pada Minggu (13/11/2022).
Fasilitas tersebut diperkirakan baru bisa beroperasi paling cepat pada 19 November mendatang.
"Outlook musim dingin yang lebih hangat telah mengurangi permintaan gas hingga 20% di bawah normal. Namun, ada ketidakpastian soal pasokan LNG. Ini bisa menjadi faktor positif (bagi gas)," tutur analis Deutsche Bank AG, dikutip dari Bloomberg.
Kenaikan harga gas membantu batu bara agar tidak terlalu jatuh lebih dalam. Harga pasir hitam anjlok 14% pada pekan lalu karena dikepung sejumlah sentimen negatif mulai dari ancaman resesi, melemahnya permintaan, serta memadainya pasokan.
Lemahnya permintaan global terutama datang dari China. Impor China melandai pada tahun ini karena perlambatan ekonomi dan produksi yang mencukupi.
Produksi batu bara Beijing mencapai 3,32 miliar ton pada Januari-September 2022 atau naik 11%. Peningkatan produksi ini membuat pasokan batu bara di pembangkit mereka mencapai 170 juta ton, per September.
Sementara itu, Presiden Mitsubishi Heavy Industries Seiji Izumisawa mengingatkan negara Asia untuk tidak terburu-buru beralih ke energi terbarukan sepenuhnya. Peralihan energi fosil ke energi terbarukan harus dilakukan secara bertahap.
Menurutnya, diskusi penggunaan energi sekarang tidak lagi terbelah antara mereka yang menggunakan teknologi saat ini dan mereka yang mendukung energi terbarukan.
"Namun, diskusi yang terjadi saat ini adalah bagaimana memanfaatkan sebaik-baiknya mix energy. Anda tidak hanya berpikir mengenai energi terbarukan tetapi juga menggunakan sumber daya yang ada seperti LNG dan batu bara," tutur di sela-sela pertemuan B20 di Bali, dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)