Bursa Asia Dibikin Galau Oleh Momen Rilis Data Ekonomi China
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung bervariasi pada perdagangan Selasa (15/11/2022), jelang rilis serangkaian data ekonomi China pada periode Oktober 2022.
Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka turun tipis 0,05%, Shanghai Composite China melemah 0,13%, dan ASX 200 Australia juga turun tipis 0,06%.
Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong dibuka naik 0,1%, Straits Times Singapura menguat 0,41%, dan KOSPI Korea Selatan menguat 0,13%.
Dari Jepang, data pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2022 telah dirilis pada hari ini, di mana hasilnya menunjukkan adanya penurunan.
Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang pada kuartal III-2022 dilaporkan berkontraksi menjadi -1,2% secara tahunan (year-on-year/yoy), tergelincir untuk pertama kalinya sejak tahun lalu.
Sedangkan secara basis kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), PDB Negeri Sakura pada kuartal III-2022 juga berkontraksi menjadi -0,3%.
Kontraksi yang mengejutkan mencerminkan dampak dari depresiasi yen yang masih terus terjadi dan jalan yang masih panjang menuju pemulihan yang solid dari pandemi Covid-19, dengan risiko lebih lanjut mengaburkan prospek pemulihan.
Jatuhnya yen memperkuat tagihan impor negara yang sudah melonjak, membebani perdagangan bersih. Jepang bertindak pada akhir September untuk menopang mata uang untuk pertama kalinya dalam 24 tahun.
Pemerintah terus melangkah ke pasar pada Oktober untuk mengendalikan penurunan tajam dalam mata uang yang sebagian besar didorong oleh perbedaan antara suku bunga terendah bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) dan biaya pinjaman yang meningkat tajam di AS.
Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida pada bulan lalu menyusun paket stimulus ekonomi yang mencakup bantuan untuk mengurangi biaya energi untuk rumah tangga dan bisnis. Kabinetnya menyetujui anggaran tambahan sebesar 29,1 triliun yen (US$ 207 miliar) untuk mendanai langkah-langkah ini.
"Ketika yen jatuh secepat ini, perusahaan menghadapi situasi sulit karena mereka terkena biaya impor bahan yang lebih tinggi sementara mereka tidak dapat dengan mudah membebankan biaya ekspor ketika ekonomi luar negeri melambat," kata Harumi Taguchi, ekonom utama di Intelijen Pasar Global S&P.
Sementara itu di China, beberapa data ekonomi periode Oktober 2022 akan dirilis pada hari ini seperti data produksi industri, penjualan ritel, dan tingkat pengangguran.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung beragam terjadi di tengah koreksinya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Senin kemarin, karena investor mengambil jeda dari reli besar pekan lalu dan mencerna lebih banyak berita perusahaan dan data ekonomi.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,63%, S&P 500 merosot 0,89%, dan Nasdaq Composite ambles 1,12%.
Pada sesi awal perdagangan, Wall Street sempat menguat sesaat setelah Wakil Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Lael Brainard mengindikasikan bank sentral dapat segera memperlambat laju kenaikan suku bunganya, memberikan beberapa kenyamanan bagi pasar.
Namun sentimen dari Brainard tampaknya tidak mampu menenangkan investor yang sudah terbebani lebih dulu dengan pernyataan Gubernur The Fed, Christopher Waller akhir pekan lalu.
Pada perdagangan Senin kemarin, saham merayap turun dan imbal hasil (yield) obligasi meningkat salah satunya karena imbas dari komentar Waller yang menyebut investor bereaksi berlebihan terhadap data inflasi yang lemah minggu lalu. Dia mengatakan pasar harus bersiap untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Apalagi sebelum komentar Brainard, saham juga telah sempat turun menyusul laporan bahwa perusahaan raksasa Amazon akan memberhentikan sekitar 10.000 karyawan paling cepat minggu ini.
Pada waktu yang relatif bersamaan, survei The Fed juga menunjukkan ekspektasi inflasi konsumen untuk tahun depan naik, semakin membebani sentimen.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)