CNBC Indonesia Research

Krisis FTX, Akankah Bernasib Seperti Celsius dkk?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
10 November 2022 15:45
Su Zhu Three Arrows Capital
Foto: dok tangkapan layar YouTube

Kejatuhan Bitcoin, Ethereum, dan kripto lainnya dari Rabu kemarin hingga hari ini menandakan bahwa investor yang berinvestasi di aset kripto kembali khawatir bahwa masalah likuiditas FTX dan Alameda Research akan membuat kejadian Celsius dkk. kembali terulang.

Padahal beberapa hari sebelumnya, pasar kripto sedang berusaha untuk pulih dari keterpurukan. Investor juga sudah mulai mempercayakan kembali kripto sebagai alternatif investasi, meski kondisi global masih belum memungkinkan.

Kasus Celsius dkk terjadi juga diakibatkan oleh masalah likuiditas yang menggerogoti perusahaan kripto tersebut.

Sebelumnya pada 12 Juni lalu, Celsius Networks menangguhkan penarikan dan transaksi untuk 1,7 juta penggunanya, di mana hal ini karena kondisi pasar yang ekstrem. Tak hanya itu, Celsius juga telah memangkas karyawannya hingga sekitar 150 karyawan.

Pada Mei 2022, perusahaan telah meminjamkan lebih dari US$ 8 miliar kepada klien dan memiliki aset yang dikelola senilai US$ 12 miliar.

Kegiatan Celsius mirip dengan perusahaan perbankan atau perusahaan jasa keuangan. Bedanya, mereka beroperasi di 'zona abu-abu', di mana mereka terus beroperasi selama regulator belum serius memperketat izin operasi mereka.

Celsius menghimpun dana dari investor ritel dalam bentuk simpanan kripto, kemudian dana dari investor tersebut diinvestasikan di pasar kripto pada umumnya, termasuk ke dalam aset desentralized finance atau DeFi.

Parahnya, Celsius menjanjikan return pasti dan besar bagi pelanggan ritel, terkadang hingga mencapai 18,6% per tahun. Iming-iming return tersebut telah menyebabkan investor ritel berbondong-bondong memasukan dananya ke Celsius dan platform pinjaman kripto lainnya.

Namun, semenjak kasus kejatuhan token Terra, Celsius mulai menghadapi masalah keuangan, di mana mereka tidak mampu memenuhi kewajibannya. Klimaksnya yakni pada Juni lalu yang juga sempat membuat kripto mengalami kejatuhan untuk kedua kalinya pada tahun ini.

Celsius pun mengajukan kebangkrutan karena mereka tidak dapat memenuhi kewajibannya. Diketahui, nilai kewajiban atau utang yang harus ditanggung oleh Celsius mencapai US$ 1,2 miliar.

Selain Celsius, ada perusahaan hedging kripto yang juga beroperasi seperti Celsius yakni Three Arrows Capital atau 3AC.

3AC sudah terlibat dengan beberapa proyek dan perusahaan kripto besar. Kasus 3AC berawal dari strategi yang digunakan oleh sang CEO yakni Su Zhu, di mana ia menggunakan teori yang bernama Supercycle.

Teori Supercycle adalah teori yang menentukan target harga pribadi dari beberapa kripto yang dimiliki perusahaan dan Su Zhu jauh lebih tinggi dari yang seharusnya.

Sayangnya, teori itu tidak tepat. Lewat akun Twitternya, Su menyatakan bahwa teori itu salah dan saat ia mengakunya, mulai banyak rumor bermunculan bahwa 3AC akan bangkrut karena menerapakan teori Supercycle.

Dengan target yang terlalu tinggi, maka kemungkinan besar 3AC menjadi tidak siap untuk menghadapi kesalahan target dan penurunan harga secara tiba-tiba. Dari sini lah mulai terlihat awal perusahaan akan hancur dan rumor perusahaan kekurangan dana semakin santer terdengar.

Pada 15 Juni lalu, Su Zhu menanggapi rumor tersebut dan menyatakan bahwa perusahaannya sedang menanggapi kasus kekurangan dana.

Dalam beberapa hari kemudian, 3AC mengonfirmasi bahwa masalah kekurangan dana semakin membesar dan mengklaim bahwa pihaknya sedang menghadapi kesulitan likuiditas.

Alhasil, efek dari krisis keuangan 3AC pun berdampak pada perusahaan kripto yang juga menjadi klien 3AC. Adapun perusahaan kripto tersebut yakni BlockFi dan Voyager Digital.

Di Voyager Digital, awal mulanya mereka enggan melakukan penangguhan transaksi karena mereka tak ingin nasabahnya kabur. Namun lama kelamaan, Voyager Digital akhirnya juga goyah.

Pada 4 Juli lalu, Voyager mengikuti langkah Celsius yakni melakukan penangguhan transaksi nasabah, baik untuk melakukan penarikan dana maupun penjualan kripto.

Selang sehari setelah penangguhan transaksi yakni pada 5 Juli lalu, Voyager pun mengajukan kebangkrutan kepada otoritas di Distrik Selatan New York.

Voyager saat itu mengungkapkan bahwa mereka memiliki lebih dari 100 ribu kreditur (pihak pemberi pinjaman) dan aset bernilai antara US$ 1 miliar dan US$ 10 miliar.

Menurut pengamat kripto, Frances Coppola, nilai pinjaman Voyager mencapai hampir separuh dari total aset yang dimilikinya. Mirisnya, hampir 60% dari pinjaman itu adalah pinjaman kepada 3AC.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular