Breaking News

Ini Penyebab IHSG Rontok 1% Hingga ke Bawah Level 7.000

dhf, CNBC Indonesia
10 November 2022 09:56
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jebol. Hingga pukul 9.44, indeks masih mengalami penurunan 1,04% ke level 6.995.

Indeks memang sudah berguguran sejak awal perdagangan. Pemilu sela di Amerika Serikat (AS) menjadi perhatian utama pelaku pasar, sebab bisa menentukan arah kebijakan yang akan diambil.

Pemilu sela biasanya digelar setiap dua tahun dan jatuh tempo di tengah masa jabatan penuh Presiden AS selama empat tahun. Dalam bahasa Inggris, ini dikenal sebagai 'midterm election'.


Pemilu ini membuat pelaku pasar, alhasil Wall Street (bursa saham AS) merosot pada perdagangan Rabu waktu setempat. Ketiga indeks utama merosot lebih dari 2%.

Saat ini Partai Republik diperkirakan akan menguasai mayoritas kursi DPR. Hal ini tentunya bisa menghambat kebijakan-kebijakan yang akan diambil Presiden Joe Biden yang berasal dari Partai Demokrat.

Hingga saat ini, Partai Republik sudah memperoleh 207 dari 435 kursi DPR. Sementara Partai Demokrat 184 kursi. Diperlukan 218 kursi untuk menjadi mayoritas di DPR Amerika Serikat.

Jika Partai Republik berhasil menguasai DPR, maka pelaku pasar akan menghadapi gridlock, dan risiko lolosnya rancangan undang-undang yang dibuat Pemerintah Biden bisa banyak yang mental.

Yang paling dekat adalah pembahasan rancangan APBN. Masalah klasik di Amerika Serikat ketiga DPR dikuasi partai oposisi. Pembahasan rancangan APBN kerap kali buntu yang membuat pemerintahan Amerika Serikat sering mengalami shutdown atau penutupan sebagian layanan akibat tidak adanya anggaran.

Pasar pun merespon negatif, Wall Street langsung merosot setelah sebelumnya mampu mencatat penguatan 3 hari beruntun.


Selain itu, rilis data inflasi AS malam ini juga menjadi perhatian. Hasil polling Reuters menunjukkan inflasi Oktober turun menjadi 8% (year-on-year/yoy) dari bulan sebelumnya 8,2% (yoy). Sementara inflasi inti turun menjadi 6,5% dari sebelumnya 6,6%.

Jika terelisasi, inflasi akan turun dalam 5 bulan beruntun dan inflasi inti turun untuk pertama kalinya setelah naik 3 bulan beruntun. Rilis data yang lebih rendah dari prediksi tentunya akan menguatkan harapan The Fed akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya, dan membuat indeks dolar AS kembali terpuruk.

Anjloknya IHSG sejalan dengan pergerakan bursa Asia. Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung melemah pada perdagangan Kamis (10/11/2022), jelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Oktober 2022.

Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka merosot 0,93%, Hang Seng Hong Kong ambles 1,87%, Shanghai Composite China melemah 0,6%, ASX 200 Australia terkoreksi 0,53%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,77%.

Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura sempat dibuka melemah 0,38%. Namun selang 30 menit setelah dibuka, indeks bursa saham Negeri Singa tersebut langsung berbalik arah ke zona hijau yakni menguat 0,32%.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah pada pagi hari ini terjadi di tengah berbalik arahnya bursa saham AS, Wall Street ke zona merah pada perdagangan Rabu kemarin, di mana hasil dari pemilu paruh waktu Kongres AS masih belum pasti.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambrol 1,95%, S&P 500 ambruk 2,08%, dan Nasdaq Composite anjlok 2,48%.

Wall Street turun setelah menguat selama tiga hari perdagangan secara beruntun di tengah pemilihan paruh waktu Kongres AS. Para investor mengharapkan Partai Republik untuk mendapatkan kekuatan di DPR AS dan memblokir pajak dan rencana pengeluaran di masa depan.

Tapi sampai saat ini, pemilihan berjalan ketat dan hasil masih tidak jelas. Sejauh ini perkiraan NBC menunjukkan bahwa Partai Republik dapat memenangkan 220 kursi atau hanya akan unggul tipis.

"Hasil pemilu masih belum pasti, tetapi gelombang merah yang diantisipasi oleh investor dan pasar jika taruhan tidak terwujud dalam jangka pendek, yang akan menambah volatilitas yang saat ini sudah meningkat," tulis Dennis DeBusschere dalam sebuah laporan.

Secara historis, pasar saham AS cenderung naik setelah pemilihan paruh waktu dengan berbagai kebijakan setelah pemilihan menjadi lebih jelas. Ditambah dua bulan terakhir tahun ini dianggap sebagai periode bullish bagi investor karena fenomena window dressing.

Para investor juga mencermati data inflasi berdasarkan konsumen (indeks harga konsumen/IHK) AS yang akan dirilis malam hari ini waktu Asia.

Ekonom dalam polling Dow Jones memprediksi IHK Negeri Paman Sam akan tumbuh 7,9% (year-on-year/yoy) pada Oktober, turun sedikit dari kenaikan September lalu sebesar 8,2%.

Pasar akan memantau secara ketat data IHK AS, karena dapat menentukan arah kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menaikkan suku bunga kedepannya.

"Tetapi untuk pasar, fokusnya akan beralih ke apakah resesi membayangi, apakah Fed akan mengakhiri pengetatannya musim dingin ini, dan apakah gencatan senjata dan negosiasi dimungkinkan dalam perang Ukraina," tulis Greg Valliere, kepala strategi kebijakan AS di AGF Investments.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular