Breaking News: IHSG Jeblok 1% Lebih, ke Bawah 7.000 Lagi!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 10/11/2022 09:05 WIB
Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot ke bawah level psikologis 7.000 di awal perdagangan Kamis (10/11/2022). Pemilu sela di Amerika Serikat (AS) menjadi perhatian utama pelaku pasar, sebab bisa menentukan arah kebijakan yang akan diambil.

Beberapa saat setelah perdagangan dibuka, IHSG langsung jeblok lebih dari 1% ke 6.997,641. 

Pemilu sela biasanya digelar setiap dua tahun dan jatuh tempo di tengah masa jabatan penuh Presiden AS selama empat tahun. Dalam bahasa Inggris, ini dikenal sebagai 'midterm election'.


Pemilu ini membuat pelaku pasar, alhasil Wall Street (bursa saham AS) merosot pada perdagangan Rabu waktu setempat. Ketiga indeks utama merosot lebih dari 2%.

Saat ini Partai Republik diperkirakan akan menguasai mayoritas kursi DPR. Hal ini tentunya bisa menghambat kebijakan-kebijakan yang akan diambil Presiden Joe Biden yang berasal dari Partai Demokrat.

Hingga saat ini, Partai Republik sudah memperoleh 207 dari 435 kursi DPR. Sementara Partai Demokrat 184 kursi. Diperlukan 218 kursi untuk menjadi mayoritas di DPR Amerika Serikat.

Jika Partai Republik berhasil menguasai DPR, maka pelaku pasar akan menghadapi gridlock, dan risiko lolosnya rancangan undang-undang yang dibuat Pemerintah Biden bisa banyak yang mental.

Yang paling dekat adalah pembahasan rancangan APBN. Masalah klasik di Amerika Serikat ketiga DPR dikuasi partai oposisi. Pembahasan rancangan APBN kerap kali buntu yang membuat pemerintahan Amerika Serikat sering mengalami shutdown atau penutupan sebagian layanan akibat tidak adanya anggaran.

Pasar pun merespon negatif, Wall Street langsung merosot setelah sebelumnya mampu mencatat penguatan 3 hari beruntun.

Selain itu, rilis data inflasi AS malam ini juga menjadi perhatian. Hasil polling Reuters menunjukkan inflasi Oktober turun menjadi 8% (year-on-year/yoy) dari bulan sebelumnya 8,2% (yoy). Sementara inflasi inti turun menjadi 6,5% dari sebelumnya 6,6%.

Jika terelisasi, inflasi akan turun dalam 5 bulan beruntun dan inflasi inti turun untuk pertama kalinya setelah naik 3 bulan beruntun. Rilis data yang lebih rendah dari prediksi tentunya akan menguatkan harapan The Fed akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya, dan membuat indeks dolar AS kembali terpuruk.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Modal Pasar Saham & SBN Tarik Investor Saat Iran-Israel Panas