
Sudah Menguat 3 Hari Beruntun, Masih Mau Lanjut Rupiah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat 3 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) Rabu kemarin. Dalam 3 hari, total penguatan rupiah 0,5%, cukup kecil tetapi setidaknya kinerjanya sudah membaik.
Pada perdagangan Kamis (9/10/2022), ada risiko rupiah berbalik melemah, sebab indeks dolar AS mampu melesat 0,8% pada perdagangan Rabu.
Sebelumnya, indeks dolar AS sudah merosot dalam 3 hari beruntun yang membuat rupiah mampu menguat.
Pelaku pasar kini menanti rilis data inflasi AS. Hasil polling Reuters menunjukkan inflasi Oktober turun menjadi 8% (yoy) dari bulan sebelumnya 8,2% (yoy). Sementara inflasi inti turun menjadi 6,5% dari sebelumnya 6,6%.
Jika terelisasi, inflasi akan turun dalam 5 bulan beruntun dan inflasi inti turun untuk pertama kalinya setelah naik 3 bulan beruntun. Rilis data yang lebih rendah dari prediksi tentunya akan menguatkan harapan The Fed akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya, dan membuat indeks dolar AS kembali terpuruk.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR terus tertekan sejak menembus ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50).
MA 50 merupakan resisten kuat, sehingga tekanan pelemahan akan lebih besar ketika rupiah menembusnya.
Rupiah kini sudah berada di atas Rp 15.450/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 38,2%.
![]() Foto: Refinitiv |
Level tersebut bisa menjadi 'gerbang keterpurukan' bagi rupiah, selama tertahan di atasnya. Terbukti, rupiah terus tertekan setelah menembus level tersebut.
Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Selama tertahan di atas Fibonacci Retracement 32,5% tersebut rupiah berisiko terpuruk semakin jauh, menuju Rp 16.000/US$ atau di kisaran Rp 15.900/US$ yang merupakan FIb. Retracement 23,6%.
Resisten terdekat hari ini berada di kisaran Rp 15.670/US$, jika ditembus rupiah berisiko menuju
resisten selanjutnya di kisaran Rp 15.700/US$.
Area tersebut bisa menjadi penahan pelemahan rupiah di pekan ini, tetapi jika ditembus dan tertahan di atasnya, rupiah dalam hitungan hari bisa menyentuh lagi Rp 16.000/US$.
Indikator Stochastic pada grafik harian sudah cukup lama berada di wilayah jenuh beli (overbought), juga memberikan peluang penguatan.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Indikator stochastic pada grafik 1 jam yang digunakan memproyeksikan pergerakan harian, juga belum masuk ke wilayah oversold. Rupiah kini berada di dekat support Rp 15.650/US$, jika berhasil ditembus ada peluang penguatan ke Rp 15.620/US$ - 15.600/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia
