Perang China Lawan Covid Belum Usai, Minyak Dunia Jadi Korban

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia tergelincir pada sesi penutupan perdagangan kemarin (7/11/2022) di tengah kebijakan Zero Covid China.
Harga minyak Brent tercatat US$96,5 per barel, turun 0,66% dibandingkan harga penutupan sebelumnya. Sementara jenis light sweet anjlok 0,9% menjadi US$91,8 per barel.
Pejabat China pada akhir pekan menegaskan kembali komitmen mereka terhadap pendekatan penahanan Covid yang ketat, menghancurkan harapan permintaan minyak bangkit di konsumen utama dunia.
"Harga minyak turun tajam karena pejabat China berjanji untuk tetap berpegang pada kebijakan Zero Covid sementara kasus yang terinfeksi naik di China, yang dapat menyebabkan lebih banyak tindakan pembatasan, menggelapkan prospek permintaan," kata analis CMC Markets Tina Teng.
Harga minyak dunia naik minggu lalu, masing-masing naik 2,9% dan 5,4%, karena berita tentang kemungkinan berakhirnya penguncian Covid-19 yang ketat.
Namun pada pada hari Sabtu, pejabat kesehatan mengatakan mereka akan bertahan dengan pendekatan "pembersihan dinamis" mereka untuk kasus Covid segera setelah mereka muncul atau dikenal dengan Zero Covid.
"Pasar masih menghadapi tanda-tanda melemahnya permintaan minyak dari harga yang sudah tinggi dan latar belakang ekonomi yang lemah di pasar maju," kata analis ANZ dalam sebuah catatan, menambahkan permintaan di Eropa dan Amerika Serikat telah turun kembali ke level 2019.
"Kami sekarang memperkirakan permintaan global pada Q4 2022 tumbuh hanya 0,6 mb/d (jutaan barel per hari) dari kuartal yang sama tahun lalu dan menjadi moderat tahun depan."
Larangan impor minyak Rusia oleh Eropa pada 5 Desember akan memperketat pasokan global. Hal ini menopang harga minyak untuk tidak jatuh lebih dalam.
"Bagi banyak orang, sepertinya akan ada perebutan barel pada Desember, khususnya di zona euro," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Bukan Kabar Baik, Harga Minyak Dunia Melesat 5% Lebih
(ras/ras)