
Awas, Harga Minyak Mentah Bisa Tembus US$100 per Barel!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia naik di tengah optimisme atas pemulihan permintaan China, kekhawatiran bahwa kurangnya investasi akan mengurangi pasokan minyak di masa depan dan karena OPEC mempertahankan batas produksi.
Pada perdagangan hari ini, Senin (20/2/2023) harga minyak mentah dunia jenis Brent tercatat US$83,47 per barel, naik 0,6% dibandingkan posisi terakhir. Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,5% ke US$76,9 per barel.
"Harga Brent dan WTI naik sedikit pagi ini setelah aksi jual karena komentar hawkish Fed baru-baru ini, menyusul rilis data inflasi konsumen dan inflasi produsen yang lebih kuat dari perkiraan di AS," kata Baden Moore, kepala penelitian komoditas di National Australia Bank.
Sementara pengumuman minggu lalu bahwa AS akan menjual 26 juta barel minyak mentah dari Cadangan Minyak Strategis menambah beberapa tekanan ke pasar, pasokan global tampaknya "datar ke bawah" dibandingkan periode sebelumnya setelah memperhitungkan pengurangan produksi oleh Rusia. dan OPEC+, tambah Moore.
Dia merujuk pada persetujuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, Oktober lalu untuk memangkas target produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari (bpd) hingga akhir 2023.
Rusia berencana memotong produksi minyak sebesar 500.000 barel per hari, atau sekitar 5% dari produksi, pada bulan Maret setelah Barat memberlakukan batasan harga pada minyak dan produk minyak Rusia.
"Dalam konteks itu, kami terus melihat pembukaan kembali China, dan rebound di China dan permintaan jet global untuk mendorong risiko kenaikan harga," kata Moore. China adalah importir minyak mentah terbesar di dunia.
Di sisi lain, analis memperkirakan impor minyak China akan mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada tahun 2023 karena meningkatnya permintaan bahan bakar transportasi dan kilang baru mulai beroperasi.
China, bersama dengan India, telah menjadi pembeli utama minyak mentah Rusia menyusul embargo Uni Eropa.
Pada saat yang sama, kekurangan pasokan minyak di masa depan kemungkinan akan mendorong harga menuju $100 per barel, menurut catatan Goldman Sachs.
Harga akan bergerak lebih tinggi "karena pasar berputar kembali ke defisit dengan kurangnya investasi, kendala minyak serpih dan disiplin OPEC memastikan pasokan tidak memenuhi permintaan," tulis mereka.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras) Next Article Usai Serangan Iran ke Israel, Harga Minyak Dunia Tergelincir
