"Dimakan" Rupiah! Cadangan Devisa RI Turun 7 Bulan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 07/11/2022 12:35 WIB
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Cadangan devisa Indonesia kembali turun pada bulan Oktober, hal ini menunjukkan besarnya tekanan terhadap rupiah. Bank Indonesia (BI) pun menggunakan cadangan devisa untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.

BI melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2022 sebesar US$ 130,2 miliar, turun US$ 600 juta dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2022.

"Penurunan posisi cadangan devisa pada Oktober 2022 antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri Pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global," tulis BI dalam keterangan resminya Senin (7/11/2022).


Dengan demikian, cadangan devisa sudah menurun dalam 7 bulan beruntun. Bahkan, jika dilihat sejak mencapai Rekor tertinggi sepanjang masa US$ 146,9 miliar pada September lalu, nilainya sudah turun US$ 16,7 miliar.

Rupiah memang sedang terpuruk melawan dolar Amerika Serikat (AS) belakangan ini. Hingga Oktober rupiah tercatat melemah 3 bulan beruntun, dengan total persentase lebih dari 5% dan berada di kisaran Rp 15.600/US$.

Jebloknya nilai tukar rupiah tentunya membuat BI melakukan triple intervention, yakni intervensi di pasar spot, domestic non-deliverable forward (DNDF), dan pasar SBN.

Cadangan devisa pun terkuras demi stabilitas rupiah.

Pemerintah pada September lalu sudah menerbitkan global bond senilai US$2,65 miliar, yang tentunya bisa mendongkrak cadangan devisa. Nyatanya, masih saja tetap merosot.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, tanggal setelmen penerbitan global bond pada 20 September.

Nyatanya, pada September cadangan devisa Indonesia masih tetap turun US$ 1,4 miliar. Artinya, kebutuhan untuk menjaga stabilitas rupiah sangat besar.

Yang menjadi perhatian adalah cadangan devisa yang terus menurun, sementara transaksi berjalan mencetak surplus hingga 29 bulan beruntun.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, surplus neraca perdagangan pada periode Januari - September 2022 mencapai US$ 39,87 miliar atau tumbuh sebesar 58,83%.

Besarnya surplus tersebut juga tidak tercermin di cadangan devisa Indonesia. Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro melihat banyak pendapatan ekspor Indonesia disimpan di bank-bank Singapura.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS