Review Sepekan

Ambles, IHSG Terbakar Keputusan Fed, Batu Bara, & Cukai Rokok

Maesaroh, CNBC Indonesia
05 November 2022 09:30
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada pekan ini. IHSG memang menguat pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (4/11/2022) tetapi secara keseluruhan IHSG tetap jeblok karena dikepung berbagai sentimen negatif.

Sentimen negatif datang dari kebijakan moneter ketat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (the Fed), ambruknya harga batu bara, pelemahan rupiah, serta kenaikan cukai rokok.

Banyaknya sentimen negatif ini menghapus kabar positif dari data inflasi. Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat deflasi sebesar 0,11% pada Oktober (month to month). Secara tahunan, inflasi juga melandai ke 5,71% pada Oktober dibandingkan 5,95% pada September.


Pada perdagangan Jumat (4/11/2022), IHSG sebenarnya ditutup menguat 0,16% di 7.045,53. Total volume perdagangan kemarin ini menembus 20 miliar saham dengan total nilai transaksi Rp 12,1 triliun.

Sebanyak 211 saham menguat, 315 saham turun, dan 167 saham stagnan. Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 186,22 miliar di semua pasar.

IHSG sebenarnya juga lebih banyak bergerak di zona positif pada pekan ini. Dalam lima hari perdagangan, IHSG hanya dua kali berakhir di zona merah yakni pada Selasa dan Rabu. Tiga hari perdagangan lainnya berakhir di zona hijau. Namun, pelemahan pada Selasa dan Rabu sangat dalam, yakni 1,17% sehingga IHSG pun tak tertolong.

Secara keseluruhan, IHSG masih melemah 0,15% dalam sepekan. Pelemahan ini berbanding terbalik dengan catatan pekan sebelumnya di mana IHSG menguat 0,55% dan melesat 2,98% pada dua pekan sebelumnya.

Melandainya IHSG pada pekan ini tak bisa dipisahkan dari meningkatnya kekhawatiran investor setelah The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps pada Rabu waktu AS (2/11/2022).

Dengan kenaikan 75 bps pada pekan lalu maka secara keseluruhan suku bunga acuan The Fed sudah naik 375 bps menjadi 3,75-4,0%.

Kenaikan suku bunga membuat investor asing memburu dolar AS sehingga rupiah pun tersungkur. Dalam sepekan, mata uang Garuda terpuruk 1,21% di hadapan dolar AS.

Investor asing memang masih mencatatkan net buy yakni sebesar Rp 823,92 miliar di seluruh pasar saham pada pekan ini. Data Bank Indonesia juga menunjukkan investor asing masih mencatatkan net buy sebesar Rp 0,08 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Namun, banyaknya aksi jual rupiah membuat pasar keuangan Indonesia selama sepakan ini secara keseluruhan tertekan. Mata uang Garuda tersungkur sepanjang pekan ini dan secara keseluruhan ambruk 1,21% dalam sepekan.

Melemahnya bursa pada pekan ini juga tidak bisa dilepaskan dari ambruknya harga batu bara serta keputusan pemerintah menaikkan cukai hasil tembakau tahun depan.

Dalam catatan Refinitiv, harga batu bara kontrak Desember di pasar ICE Newcastle ambruk 6,68%  sepekan dan 14,8% sebulan menjadi US$ 349 per ton.

Ambruknya harga batu bara ini langsung membuat kinerja emiten batu bara ambrol. Saham PT Adaro Energy Indonesia (ADRO) anjlok 4,1% sepekan, PT Bukit Asam (PTBA) jeblok 1,06% sepekan, sementara PT Bumi Resources (BUMI) rontok 4,9%.

Keputusan pemerintah menaikkan harga cukai juga membuat saham emiten rokok ambrol. Seperti diketahui, pemerintah memutuskan untuk menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk rokok sebesar 10% pada tahun 2023 dan 2024.

Keputusan ini berlaku pada golongan sigaret kretek mesin (SKM), sigaret putih mesin (SPM), dan sigaret kretek pangan (SKP) dengan tarif berbeda sesuai dengan golongannya.

Cukai rokok SKM I dan II meningkat antara 11,5-11,75%, SPM naik 11-12% sementara SKP rata-rata naik 5%.

Saham PT HM Sampoerna (HMSP) ambruk 5,5% sepekan menyambut keputusan pemerintah tersebut, Sampoerna meruapakan raja rokok SPM di Indonesia sehingga kenaikan cukai akan makin membebani perusahaan.
Sementara itu, saham PT Gudang Garam (GGRM) anjlok 7,1% sepekan dan PT Wismilak Inti Makmur (WIIM) ambruk 7,6%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular