Awas Rupiah Babak Belur! Suku Bunga The Fed Bisa Sampai 5,25%

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 November 2022 08:00
Pekerja memperlihatkan uang dolar di salah satu gerai money changer di Jakarta, Senin (4/7/2022).  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah 0,13% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 15.645/US$ Rabu kemarin. Sepanjang tahun ini rupiah sudah melemah sekitar 9% dan berada di level terlemah sejak April 2020.

Tekanan bagi rupiah masih akan berlanjut pada perdagangan Kamis (3/11/2022) pasca pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed).

Sesuai dengan prediksi pelaku pasar, The Fed kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin ke 3,75% - 4%. Level tersebut merupakan yang tertinggi dalam 14 tahun terakhir.

Selain itu, ketua The Fed mengindikasikan suku bunga bisa lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

"Kami masih memiliki beberapa kali kenaikan suku bunga lagi, dan data yang kami lihat sejak pertemuan terakhir menunjukkan tingkat suku bunga bisa lebih tinggi dari yang sebelumnya diperkirakan," kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International.

Pasca penyataan tersebut, pelaku pasar melihat suku bunga The Fed bisa berada di 5,25% pada awal tahun depan. Hal tersebut terlihat di perangkat FedWatch milik CME Group, di mana pasar melihat ada probabilitas sebesar 46% suku bunga The Fed berada di 5% - 5,25% pada Maret 2023.

Indeks dolar AS pagi ini langsung melesat naik 0,75% ke 112,17 yang berisiko membuat rupiah terpuruk.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR terus tertekan sejak menembus ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50).

MA 50 merupakan resisten kuat, sehingga tekanan pelemahan akan lebih besar ketika rupiah menembusnya.

Rupiah kini sudah berada di atas Rp 15.450/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 38,2%. Level tersebut bisa menjadi 'gerbang keterpurukan' bagi rupiah, selama tertahan di atasnya. Terbukti, rupiah terus tertekan setelah menembus level tersebut.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Selama tertahan di atas Fibonacci Retracement 32,5% tersebut rupiah berisiko terpuruk semakin jauh, menuju Rp 16.000/US$ atau di kisaran Rp 15.900/US$ yang merupakan FIb. Retracement 23,6%.

Untuk pekan ini, resisten berada di kisaran Rp 15.650/US$ hingga Rp 15.670/US$. Jika ditembus, rupiah berisiko merosot ke Rp 15.700/US$, atau lebih tinggi lagi.

Pelemahan rupiah pada Rabu (2/11/2022) membentuk pola Doji yang memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut naik atau balik turun.

Mengingat Doji muncul saat posisi rupiah sedang melemah di level tertinggi dalam 2,5 tahun terakhir, ada peluang rupiah bisa menguat.

Indikator Stochastic pada grafik harian sudah cukup lama berada di wilayah jenuh beli (overbought), juga memberikan peluang penguatan.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

idrGrafik: Rupiah 1 Jam
Foto: Refinitiv

Stochastic pada grafik 1 jam, yang digunakan memprediksi pergerakan harian, juga berada di wilayah jenuh beli.

Untuk hari ini, support terdekat berada di kisaran 15.600/US$. Jika ditembus, rupiah berpeluang menguat menuju Rp 15.570/US$ hingga Rp 15.550/US$. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular