Fed Diramal Masih Agresif, Rupiah Terkapar Lagi!

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
02 November 2022 11:22
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali tertekan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Rabu (02/11/2022). Artinya, Mata Uang Garuda sudah melemah tiga hari beruntun, meski dolar AS terkoreksi di pasar spot.

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah terkoreksi pada pembukaan perdagangan sebesar 0,12% ke Rp 15.644/US$. Kemudian, rupiah memangkas pelemahannya menjadi 0,13% ke Rp 15.645/US$ pada pukul 11:10 WIB.

Pada Selasa (01/11), Departemen Tenaga Kerja AS merilis data lowongan kerja bertambah sebanyak 437.000 pekerjaan menjadi 10,7 juta pada akhir September 2022. Posisi tersebut melampaui prediksi analis Reuters dan Trading Economics yang memperkirakan lowongan kerja berada di 10 juta pekerjaan baru.

Namun, rilis data ekonomi yang baik nyatanya dapat meningkatkan potensi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk kembali agresif untuk menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan 1-2 November 2022 waktu setempat.

"Kabar baik dari lebih banyak lowongan pekerjaan untuk semua orang akan menjadi berita buruk bagi semua orang jika pejabat Fed menjadi yakin bahwa mereka perlu mendorong suku bunga lebih tinggi dan lebih cepat dari sebelumnya," kata Kepala Ekonom di FWDBONDS di New York Christopher Rupkey dikutip Reuters.

"Situasi yang membingungkan di mana Anda harus bertanya-tanya apakah 10 juta lowongan pekerjaan dapat menghentikan datangnya resesi," tambahnya.

Mengacu pada FedWatch, sebanyak 86,5% analis memprediksikan kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed sebesar 75 bps dan mengirim tingkat suku bunga acuan Fed ke kisaran 3,75%-4%. Sisanya, analis memprediksikan kenaikan sebanyak 50 bps.

Menariknya, indeks dolar AS yang mengukur kinerja si greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya, terpantau melemah 0,2% ke posisi 111,25.

Namun, analis memprediksikan bahwa pelemahan dolar AS di pasar valuta asing bersifat sementara dan greenback masih memiliki kekuatan yang cukup untuk melampaui level tertinggi baru-baru ini dan melanjutkan kenaikannya tanpa henti.

"Semua orang berbicara tentang poros, apakah setelah kita menyelesaikan pertemuan minggu ini dan selesai dengan The Fed akan dapat bergerak lebih sedikit. Tapi saya gagal melihat itu sebagai faktor yang akan secara signifikan melemahkan dolar," kata Kepala Strategi FX di Rabobank Jane Foley.

"selama The Fed masih mendaki, bahkan dengan kenaikan kecil, saya tidak berpikir bahwa lingkungan akan ada di sana," tambahnya.

Terkoreksinya dolar AS di pasar spot, membuka peluang penguatan bagi mayoritas mata uang di Asia. Yen Jepang berhasil menjadi mata uang berkinerja terbaik hari ini, di mana berhasil menguat 0,55% terhadap dolar AS. Disusul oleh baht Thailand dan dolar Singapura yang terapresiasi masing-masing 0,34% dan 0,23% di hadapan greenback.

Sementara dolar Hong Kong bergerak stagnan. Mata Uang Tanah Air terkoreksi paling tajam sebesar 0,13%, disusul oleh rupee India yang melemah 0,05% terhadap dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Suku Bunga Fed Bisa Makin Jelas Besok, Rupiah KO Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular