Joss! IHSG Melesat Tembus 7.100 Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 01/11/2022 09:06 WIB
Foto: Suasana Bursa Efek Indonesia (BEI). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat lagi di awal perdagangan Selasa (1/11/2022), melanjutkan kinerja positif awal pekan kemarin. Kabar baik datang dari dalam negeri pagi ini, sektor manufaktur Indonesia masih terus berekspansi.

Melansir data Refinitiv, IHSG langsung menguat 0,42% ke 7.128,136 begitu perdagangan dibuka. Kemarin bursa kebanggaan Tanah Air ini tercatat menguat 0,61%.

S&P Global pagi tadi melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia tumbuh 51,8 pada Oktober. Meski turun cukup dalam dari bulan sebelumnya 53,7 tetapi masih berada di atas 50.


Angka di atas 50 artinya ekspansi, sementara di bawahnya adalah kontraksi.

Jika dilihat lebih detail, laporan S&P global menyatakan tingkat keyakinan bisnis naik ke level tertinggi sejak Maret. Hal ini tentunya menjadi kabar yang sangat bagus di tengah isu resesi dunia, nilai tukar rupiah yang terpuruk dan Bank Indonesia (BI) yang terus mengerek suku bunga acuannya dalam 3 bulan beruntun sebesar 125 basis poin menjadi 4,75%.

Saat suku bunga acuan naik, berisiko menghambat ekspansi dunia usaha, sebab suku bunga kredit, baik investasi maupun modal kerja, akan mengalami kenaikan.

Kenaikan tingkat keyakinan bisnis dalam kondisi tersebut memberikan harapan ekspansi sektor manufaktur akan terus berlanjut.

Pasar kini menanti kabar baik selanjutnya, yakni data inflasi Indonesia. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan inflasi Oktober akan menembus 0,08% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Inflasi bulanan Oktober jauh lebih kecil dibandingkan yang tercatat pada September yakni 1,17% (mtm).

Hasil polling juga memperkirakan inflasi secara tahunan (year on year/yoy) akan sebesar 5,95% atau sama dengan pertumbuhan September.

Hasil polling tersebut lebih rendah ketimbang yang dilakukan Reuters sebesar 6% (yoy).

Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution mengatakan dampak lanjutan (second round effect) kenaikan harga BBM Subsidi masih ada.

"Second round effect kenaikan harga BBM bersubsidi pada bulan September masih ada pada bulan Oktober, terutama di sektor transportasi seperti tarif angkutan kota dan antar kota di beberapa daerah, dan lain-lain," ujar Damhuri, kepada CNBC Indonesia.

Namun, melandainya harga sejumlah komoditas pangan membuat inflasi bisa ditekan.

"Penurunan harga beberapa bahan kebutuhan pokok seperti cabai, bawang, minyak goreng dan lain-lain menjadi penahan inflasi ke level yang lebih tinggi," tuturnya.

Inflasi yang mulai melandai tentunya menjadi kabar baik, daya beli masyarakat masih bisa dijaga dan mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi.

Sektor industri pengolahan merupakan penyumbang produk domestik bruto (PDB) terbesar berdasarkan lapangan usaha, kontribusinya hampir 18% di kuartal II-2022. Sementara dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga menjadi yang terbesar, dengan kontribusi lebih dari 51%, Oleh karena itu, sangat penting menjaga inflasi agar tidak lepas kendali.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Israel Vs Iran Bikin Harga Minyak Naik & Bursa Saham "Ambyar"