Bursa Asia Dibuka Melesat, Tapi Hang Seng-Shanghai Sudah Loyo

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
31 October 2022 08:39
Passersby are reflected on a stock quotation board outside a brokerage in Tokyo, Japan, August 6, 2019.   REUTERS/Issei Kato
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menghijau pada perdagangan Senin (31/10/2022), di mana pelaku pasar di kawasan tersebut menanti rilis beberapa data ekonomi penting pada pekan ini.

Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka melonjak 1,24%, Straits Times Singapura melompat 1,29%, ASX 200 Australia melaju 1,04%, dan KOSPI Korea Selatan melesat 1,12%.

Namun untuk indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melemah 0,89% dan Shanghai Composite China juga terkoreksi 0,75%.

Dari China, data aktivitas manufaktur periode Oktober versi pemerintah (NBS) akan dirilis pada hari ini. Data aktivitas manufaktur dan jasa tercermin pada Purchasing Manager's Index (PMI).

Untuk PMI manufaktur China versi NBS, pasar dalam survei Trading Economics memperkirakan sedikit menurun menjadi 50, dari sebelumnya pada September lalu sebesar 50,1.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi menyusul cerahnya kembali bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir pekan lalu.

Pada perdagangan Jumat pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melejit 2,59%, S&P 500 melonjak hingga 2,46%, dan Nasdaq Composite terbang 2,87%.

Penguatan Wall Street didorong oleh penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury). Untuk diketahui, yield US Treasury 10 tahun turun dari 4,23% menjadi 4,01%.

Sebenarnya pasar keuangan global belum benar-benar kondusif. Isu resesi di tahun 2023 masih terus dihembuskan oleh berbagai pihak.

Kekhawatiran soal resesi bukan tanpa alasan. Di saat inflasi masih naik, bank sentral terutama negara-negara Barat masih agresif dalam menaikkan suku bunga acuan.

Pada pekan ini, investor global bakal menanti pengumuman kebijakan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed). Pelaku pasar memperkirakan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) di bulan November 2022.

Asal tahu saja, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sejak Maret 2022 hingga September 2022 sebesar 300 bp. Suku bunga dikerek naik dari 0,25% menjadi 3,25%.

Apabila The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bp lagi maka suku bunga acuan akan berada di 4% untuk bulan November 2022.

Tak hanya The Fed saja, beberapa bank sentral juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga terbarunya pada pekan ini. Adapun bank sentral tersebut yakni bank sentral Inggris (Bank of England/BoE), bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA), dan lain-lainnya.

Di Inggris, BoE kan mengumumkan tingkat suku bunga baru, dengan pasar bertaruh pada kenaikan 75 bp setelah inflasi kembali ke level tertinggi 40 tahun pada September lalu dan upaya menstabilkan pasar setelah Rishi Sunak menggantikan Liz Truss sebagai perdana menteri.

Sedangkan di Australia, RBA diprediksi akan kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bp menjadi 2,85%, dari sebelumnya sebesar 2,6%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular