CNBC Indonesia Research

Jumlah Gelandangan di Amerika Meroket, Bukti Inflasi Ngeri!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 October 2022 08:05
The United State flag is silhouetted against the setting sun Sunday, May 28, 2017, in Leavenworth, Kan. (AP Photo/Charlie Riedel)
Foto: Bendera Amerika Serikat (AP Photo/Charlie Riedel)

Jakarta, CNBC indonesia - Inflasi tinggi yang melanda Amerika Serikat (AS) sudah memberikan dampak buruk, tidak hanya ke sektor finansial, tetapi juga ke berbagai lini kehidupan. Inflasi yang tinggi membuat biaya hidup meningkat, salah satunya harga hingga biaya sewa rumah yang meroket, alhasil jumlah gelandangan di Amerika Serikat mengalami peningkatan drastis.

Pasar modal Amerika Serikat menjadi yang paling awal mendeteksi masalah-masalah yang akan muncul. Para investor selalu forward looking, sehingga ketika inflasi meroket bursa saham AS (Wall Street) langsung merosot.

Indeks S&P 500 sepanjang tahun ini tercatat merosot 18%, bahkan sempat nyaris 25% ke 3.577,03 pada 12 Oktober lalu, yang merupakan level terendah sejak November 2020.

Inflasi di Amerika Serikat pada September tercatat tumbuh 8,2% year-on-year (yoy). Meksi sudah turun dalam 3 bulan beruntun, tetapi masih berada di dekat level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun terakhir 9,1% yang dicapai pada Juni lalu.

Artinya, para generasi milenial dan setelahnya kini merasakan biaya hidup yang paling mahal sepanjang hidupnya. Kenaikan harga masih didominasi energi dan pangan, tetapi sektor perumahan juga mencekik.

"Kita berada di situasi yang sangat genting, di mana biaya hidup naik begitu cepat - melalui harga gas, makanan, dan sewa - itu membuat lebih banyak orang tidak mampu memiliki tempat tinggal. Ke mana pun anda pergi, harga naik, tetapi upah tidak mengikuti," kata Meredith Greif, asisten profesor di Johns Hopkins Univesity yang berfokus pada tunawisma dan kesetaraan, sebagaimana dilansir Washington Post, awal Juli lalu.

Harga rumah di Amerika Serikat sudah mulai menanjak sejak awal pandemi Covid-19. Saat itu, supply rumah menjadi merosot akibat terhentinya aktivitas konstruksi dan pembangunan.

Berdasarkan data S&P Case-Shiller, harga jual rumah single family di Amerika Serikat mulai mengalami kenaikan sejak bulan Juli 2020 lalu, ketika tumbuh 4,2% (yoy). Sejak saat itu, harga rumah tercatat naik dalam 13 bulan beruntun, sebelum mulai melandai dan mulai naik lagi pada Desember 2021.

Pada April 2022, harga rumah di 20 kota metropolitan AS tercatat naik lebih dari 21% (yoy), setidaknya sejak tahun 2000, sebelum mulai menurun.

Kenaikan harga rumah juga diikuti dengan kenaikan harga sewa rumah single family. Berdasarkan data dari HouseCanary, rata-rata harga sewa rumah sepanjang semester I-2022 sebesar US$ 2.495 per bulan, mengalami kenaikan 13,4% dari periode yang sama tahun 2021.

Kemudian, harga sewa apartemen juga mengalami kenaikan signifikan. Data dari Statista menunjukkan pada rata-rata harga sewa apartemen semua tipe pada Februari 2022 sebesar US$ 1.322 naik dari Februari 2021 US$ 1.123, atau lebih dari 17%.

usGrafik: Harga Sewa Apartemen di Amerika Serikat
Sumber: Statista

Kenaikan harga rumah serta sewa rumah maupun apartemen membuat jumlah gelandangan atau tunawisma mengalami peningkatan drastis.

Dulu, masalah tunawisma sering dikaitkan dengan kesehatan mental, atau kekerasan dalam rumah tangga. Kini masalah tersebut bertambah akibat mahalnya harga rumah maupun sewa.

Berdasarkan laporan yang diterbitkan Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS pada 2020 lalu, setiap kenaikan biaya sewa sebesar US$ 100, maka akan berdampak kepada kenaikan jumlah tunawisma sekitar 9%.

Pada Januari 2020 lalu, jumlah tunawisma di Amerika Serikat nyaris tercatat lebih dari 580.000 jiwa. Pemerintah di berbagai negara bagian di Amerika Serikat menggelontorkan dana yang besar guna menangani tunawisma, tetapi nyatanya dibandingkan tahun 2007, hingga 2020, tercatat hanya turun sekitar 10% saja.

usFoto: National Alliance to End Homelessness

Dan jika dilihat sejak 2016, jumlah tunawisma tersebut justru mengalami kenaikan, berdasarkan laporan National Alliance to End Homelessness.

Data terbaru berapa jumlah tunawisma belum tersedia akibat pandemi yang membuat terjadinya penundaan pengumpulan data. Tetapi di beberapa kota besar sudah disebutkan mengalami peningkatan.

Yahoo Finance melaporkan jumlah tunawisma yang menempati tempat penampungan di New York City mencapai 64.000 orang, naik dari rekor tertinggi pada 2019 39.365 jiwa, atau melesat lebih dari 62%

Sementara di California, sebagaimana dilaporkan Yahoo Finance yang mengutip data dari CalMatters, jumlah gelandangan mencapai 173.800 jiwa, naik 22.500 orang dibandingkan 2019.

"Setiap kota memiliki dinamikanya sendiri, tetapi pada dasarnya saya percaya masalahnya adalah perumahan yang tidak terjangkau, di New York dan seluruh negeri," kata Christine Quinn, mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kota New York, sebagaimana dilansir Yahoo Finance, Jumat (28/10/2022).

Quinn menyebut mayoritas stok rumah yang ada saat ini sangat mahal, dan di luar jangkauan masyarakat yang pendapatannya sedikit di atas upah minimum.

(pap/pap)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation