
Sempet Pegang Salah Satu Saham Ini? Cuan Atau Boncos?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah tipis pada perdagangan Rabu (26/10/2022) kemarin, di tengah masih cerahnya bursa saham Asia-Pasifik kemarin.
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup turun tipis 0,06% ke posisi 7.043,94. IHSG masih bertahan di zona psikologis 7.000.
Pada perdagangan sesi I kemarin, IHSG dibuka menguat 0,17% di posisi 7.060,33. Selang 5 menit kemudian indeks terpantau masih menguat meski tipis 0,05% ke 7.051,63. Kemudian pada pukul 10:05 WIB, IHSG melemah 0,01% ke 7.047,48. Namun, pukul 11:00 WIB indeks sempat berbalik arah dan tampak galau menentukan arah geraknya sebelum akhirnya ditarik ke zona merah.
Selanjutnya pada perdagangan sesi II kemarin, pelemahan IHSG pun berlanjut. Tetapi sekitar pukul 14:00 WIB, IHSG berhasil kembali ke zona hijau. Namun menjelang akhir perdagangan sesi II, IHSG berbalik kembali ke zona merah. Dalam hal ini, maka pergerakan IHSG kemarin terbilang volatil.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 13 triliun dengan melibatkan 21 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 274 saham terapresiasi, 252 saham terdepresiasi, dan 169 saham stagnan.
Investor asing kembali melakukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 118,96 miliar di pasar reguler. Namun di pasar tunai dan negosiasi, asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 334,95 miliar, sehingga jika ditotal, maka asing net buy mencapai Rp 216 miliar.
Saat IHSG turun tipis lagi, beberapa saham masuk ke jajaran top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Rabu kemarin.
![]() |
Saham emiten konstruksi di bidang fabrikasi baja dan kontraktor umum yakni PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA) memimpin deretan top gainers pada perdagangan kemarin. Saham KRYA ditutup melejit 24,69% ke posisi harga Rp 404/saham.
Nilai transaksi saham KRYA pada perdagangan Rabu kemarin mencapai Rp 88,54 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 246,93 juta lembar saham. Asing mengoleksinya sebesar Rp 3,58 miliar di pasar reguler.
Jika melihat data perdagangan sejak perdagangan 17 Oktober hingga kemarin, saham KRYA mencatatkan penguatan sebanyak 4 kali dan melemah juga sebanyak 4 kali.
Dalam sepekan terakhir, saham KRYA terpantau melejit 37,41% dan dalam sebulan terakhir, saham KRYA juga terpantau terbang 41,26%.
Bahkan, saham KRYA juga memimpin top gainers dalam tiga bulan terakhir, di mana saham KRYA meroket hingga 270,64% selama tiga bulan terakhir.
Saham KRYA terbilang masih baru di bursa, karena baru melantai di BEI pada 25 Juli lalu, dengan harga penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) Rp125 per unit.
Manajemen melepas 325 juta helai saham atau setara 20% dari modal disetor dan ditempatkan. Alhasil mereka menangguk dana segar sekitar Rp 41 miliar.
Semua dana perolehan dari IPO dipakai untuk modal kerja. Separuh untuk pembangunan gudang entitas anak dan sekitar separuhnya lagi untuk biaya penyediaan bahan baku material, pembelian perlengkapan kerja, perawatan mesin beserta perangkat pendukungnya.
Saham KRYA menjadi salah satu saham konstruksi yang mendapatkan atensi baik investor, selain sektor pertambangan batu bara. Hal ini karena perolehan kontrak-kontrak baru yang meningkat di tahun ini, setelah dua tahun 'rehat' akibat pandemi Covid-19.
Pemicu lainnya adalah sentimen positif atas keberadaan Investasi Lembaga Pengelola Investasi alias Indonesia Investment Authority (INA) yang mengelola dana hingga US$ 28,5 miliar. Mereka cukup fokus dengan pembangunan infrastruktur setelah dibentuk pada akhir 2020 lalu.
Namun, saham konstruksi juga masih akan menghadapi cobaan yang cukup berat karena kelesauan ekonomi yang diprediksi melanda ekonomi Indonesia tahun depan.