CNBC Indonesia Research

Demi Kuatkan Rupiah, Pemerintah Harus Tarik Utang Dolar Lagi?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 October 2022 16:15
Ilustrasi Dollar
Foto: REUTERS/Romeo Ranoco

Salah satu cara untuk menambah pasokan devisa valas di dalam negeri yakni dengan penarikan utang melalui penerbitan global bond.

Di tahun ini, pemerintah telah menerbitkan global bond berdenominasi dolar AS senilai US$ 1,75 miliar pada Maret dan US$2,65 miliar pada September 2022.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, tanggal setelmen penerbitan global bond pada 20 September.

Dengan tambahan tersebut, nyatanya cadangan devisa pada September masih juga merosot. Artinya kebutuhan BI untuk melakukan intervensi menjaga stabilitas rupiah sangat tinggi.

Dengan tekanan hebat yang dialami rupiah saat ini, ada risiko cadangan devisa akan kembali tergerus.

Namun, penerbitan kembali global bond sepertinya menjadi pilihan yang cukup sulit, sebab cost of fund saat ini sangat tinggi.

Data dari DJPPR, tingkat kupon global bond tenor 10 tahun yang diterbitkan September lalu sebesar 4,650%. Kupon tersebut lebih tinggi dua kali lipat ketimbang yang diterbitkan pada September 2021 sebesar 2,150%.

Beban pembayaran bunga pun akan membengkak sangat signifikan. Hal ini tentunya akan berdampak ke belanja pembayaran bunga utang di APBN ke depannya.

Guna menjaga pasokan valas, Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan apabila memungkinkan agar devisa hasil ekspor (DHE) para eksportir harus masuk dan parkir di dalam negeri.

"DHE harus masuk, dan harus diperketat lagi aturannya," tegas David.

Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah juga menegaskan hal serupa. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk memperkuat valas di dalam negeri, menurut Piter dengan mewajibkan para eksportir bukan hanya memikirkan dolar-nya di tanah air, tapi harus menjualnya ke negara.

"Yang bisa dilakukan adalah mewajibkan eksportir untuk menjual dolar mereka ke negara, menukarkannya menjadi rupiah. Terutama untuk perusahaan-perusahaan pertambangan yang saat ini menikmati harga komoditas tinggi," kata Piter.

Meskipun saat ini sanksi penerapan DHE juga sudah mulai dilakukan oleh otoritas, Piter memandang implementasi DHE belum memberikan andil yang banyak untuk menambah pundi dolar AS ke tanah air.

"(DHE) Belum optimal, karena kewajibannya masih terbatas menempatkan di bank dalam negeri walaupun hanya sebentar. Belum ada kewajiban menukarkannya ke rupiah," tambahnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular