CNBC Indonesia Research

Cadev Naik Terbantu Utang Pemerintah, Bukti Dolar AS Kering?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 January 2023 13:45
foto ilustrasi dollar
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Cadangan devisa (Cadev) mengalami kenaikan di penghujung 2022. Namun, kenaikan tersebut terjadi akibat pemerintah yang menarik pinjaman luar negeri. Hal ini bisa menjadi salah satu indikasi keringnya dolar Amerika Serikat (AS) di dalam negeri. Apalagi permintaan valuta asing di pengujung tahun biasanya tinggi, yang bisa mengganggu stabilitas rupiah.

Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2022 mencapai US$ 137,2 miliar, naik US$ 3,2 miliar dari posisi November.

Dengan demikian, cadangan devisa sudah naik 2 bulan beruntun setelah sebelumnya merosot pada periode Maret - Oktober 2022.

"Peningkatan posisi cadangan devisa pada Desember 2022 antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman pemerintah," tulis Bank Indonesia (BI) dalam keterangan resminya, Jumat (6/1/2022).

Isu kelangkaan dolar AS terus berhembus dalam beberapa bulan terakhir. Sebabnya, cadangan devisa yang terus menurun saat neraca perdagangan justru mencatat surplus dalam 31 bulan beruntun.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada periode Januari - November 2022 surplus neraca perdagangan tercatat lebih dari US$ 50 miliar.

Terlihat, ketika neraca perdagangan surplus, tetapi cadangan devisa malah menurun. Para eksportir menempatkan valuta asing mereka di luar negeri.

BI pun sudah "mengakui" hal tersebut, melihat langkah yang diambil belakangan ini guna bisa menahan Devisa Hasil Impor (DHE) lebih lama di dalam negeri.

Pada pengumuman kebijakan moneter Desember lalu, BI meluncurkan instrumen operasi moneter valuta asing (valas) baru. Instrumen tersebut diharapkan bisa memulangkan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang banyak diparkir di Singapura.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan instrumen tersebut akan memberikan imbal hasil deposito valas yang kompetitif berdasarkan mekanisme pasar.

"Bank bisa pass-on simpanan DHE dari para eksportir. Jadi eksportir menyimpan dana ke perbankan, terus perbankan bisa pass-on ke BI dengan mekanisme pasar dan suku bunga atau imbal hasil yang menarik," tutur Perry dalam konferensi pers, Kamis (22/12/2022).

Perry mencontohkan jika rata-rata bunga deposit valas negara lain ada di angka 3,70% maka BI akan menawarkan bunga kepada perbankan di kisaran 3,75-4,0% melalui lelang.

"Bank akan tetap mendapatkan spread. Tergantung kondisi akan bergerak dari waktu ke waktu karena mekanisme pasar sesuai perkembangan yang ada dengan suku bunga dan daya tarik eksportir untuk ini," ujar Perry.

Dengan bunga yang lebih kompetitif, Perry berharap instrumen ini mampu menarik minat eksportir untuk menaruh DHE mereka, terutama eksportir di sektor Sumber Daya Alam (SDA).

Kepala ekonom BCA David Sumual mengatakan instrumen baru valas BI menjadi pilihan menarik karena akan menyesuaikan mekanisme pasar.Dengan lelang maka diharapkan makin banyak perbankan dalam negeri yang terlibat sehingga perdagangan valas tidak didominasi bank tertentu.

"Ini berarti kan fasilitas (instrumen valas) makin banyak. Masing-masing bank akan menawarkan sesuai kondisi pasar dan kondisi suku bunga. Inilah pentingnya mekanisme pasar. Pentingnya pasar yang bukan dimonopoli," tutur David, kepada CNBC Indonesia.

David menambahkan dengan lelang terbuka maka perbankan bisa bersaing menaikkan bunga untuk menarik nasabah.

Pada akhirnya, eksportir pun akan lebih diuntungkan karena bisa mendapatkan bunga yang lebih tinggi untuk menaruh DHE mereka.


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Demi Kuatkan Rupiah, Pemerintah Harus Tarik Utang Dolar Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular