5 Sektor Anti Resesi Versi Bos BNI

teti purwanti, CNBC Indonesia
Selasa, 25/10/2022 15:05 WIB
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Resesi 2023 bukan hal yang tidak terelakan namun bukan berarti semua sektor akan hancur seketika. Beberapa bankir hingga pengusaha menyebutkan masih ada sektor yang akan bertumbuh pada tahun depan.

Novita Widya Anggraini, Chief Financial Officer BNI menyebutkan industri yang prospektif pada tahun depan antara lain, manufaktur, agribisnis, FMCG, petrokimia, dan konstruksi.

Selain itu, BNI juga akan fokus pada segmen kecil, termasuk mendorong KUR untuk membantu pemerintah dalam mengakselerasi UMKM, termasuk dengan pendampingan.


Sementara itu, Bos PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Jahja Setiaatmadja mengaku optimis menatap tahun 2023.

Menurutnya, tantangan pasti ada dan tidak mudah. Namun, bagaimana kita memilah mana sektor yang sulit, dan mulai petakan dari sekarang.

"Target 2023? kita optimis tahun ini bisa yoy 12,6%. Pada dasarnya konsumsi akan selalu dibutuhkan. 256 juta masyarakat Indonesia butuh makan dan fashion. Diharapkan wisatawan bisa datang, tidak hanya wisatawan Indonesia. Ini bisa resiprokal. Cina bisa tahun depan, sehingga betul-betul wisata, bali lombok toraja, toba bisa seperti normal," ungkap Jahja dalam paparan kinerja BCA kuartal III, Kamis (20/10/2022).

Harapan-harapan ini dengan catatan tidak ada varian Covid-19 lagi, atau hal-hal aneh lagi yang mendadak. Secara umum tahun 2023 menurutnya harus optimistis, namun berhati-hari dan prihatin.

Di sisi lain, struktur perbankan menurutnya akan beda, di BCA sendiri komposisinya 12% terdiri dari deposito, dan sisanya CASA.

"Itu relatif lebih lambat transformasi kredit, karena kenaikan loan, dpk, suku bunga dpk lebih lama. Kalau struktur deposit besar akan langsung terasa, perubahan-perubahan yang dilakukan. secara umum kredit akan nahan dulu ikuti pasar," jelas Jahja.

Sementara BI rate lebih ke positif, dan akan positif bagi income perusahaan, terlepas dari pinjaman, tetapi penempatan secondary, serta tren government sudah meningkat ke arah yang positif ke keuangan.

Di sisi lain, Fuad Hasan Masyhur, pengusaha yang juga merupakan politisi dari Partai Golkar akan segera melangsungkan penawaran umum perdana atas perusahaan sawit miliknya. Ternyata alasan Fuad melakukan IPO untuk bisnis perkebunan bukan tanpa sebab.

Menurutnya dalam situasi apapun sektor food, energy, dan water tidak akan habis serta akan terus dibutuhkan.
"Apapun dalam beragam situasi food,energy, dan water tidak akan habis kegunaannya. Oleh karena itu, kami merambah ke situ," jelas Fuad kepada CNBC Indonesia usai Public Expose di Jakarta, Jumat (21/10/2022).

Apalagi sudah terbukti saat ini dengan adanya peperangan Rusia-Ukraina, ketahanan pangan dan energi lah yang dipermasalahkan. Bahkan secara spesifik Fuad ke depan akan menyiapkan bisnis di bidang air namun masih mencari pola dan jenis investasi yang paling tepat.


(tep/ayh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Lama Waktu Perizinan & Biaya Logistik, PR RI Perkuat Daya Saing