
Rupiah PHP! Sempat Menguat Hanya Untuk Tertekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah sempat melibas dolar Amerika Serikat (AS) sebelum akhirnya terkoreksi pada pertengahan perdagangan Selasa (25/10/2022). Padahal, indeks dolar AS sedang melemah di pasar spot. Kini, rupiah kembali berada di sekitar level Rp 15.600/US$.
Mengacu pada data Refinitiv, rupiah terapresiasi tipis pada pembukaan perdagangan sebesar 0,03% ke Rp 15.580/US$. Kemudian, rupiah berbalik arah dan terkoreksi sebesar 0,17% ke Rp 15.611/US$ pada pukul 11:10 WIB.
Padalah, indeks dolar AS sedang melemah di pasar spot. Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS terpantau terkoreksi 0,12% ke posisi 111,85. Posisi tersebut kian menjauhi rekor tertingginya selama dua puluh tahun di 114,7 yang dicapainya pada September lalu.
Survei analis Reuters menunjukkan bahwa 86 dari 90 ekonom memprediksikan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 bps pada pertemuan selanjutnya di November 2022 dan akan mengirim tingkat suku bunga Fed menjadi 3,75%-4%.
Analis memproyeksikan bahwa The Fed akan terus agresif karena angka inflasi yang masih tinggi dan angka pengangguran mendekati posisi terendah sebelum pandemi di 3,5%.
Selain itu, mayoritas ekonom juga memproyeksikan kenaikan suku bunga sebesar 50 bps pada Desember 2022 dan tingkat suku bunga akan berada di 4,25%-4,5%. Sementara, tingkat suku bunga Fed diproyeksikan akan berada di 4,5%-4,75% pada kuartal I-2023.
Konsensus analis Reuters memperkirakan angka inflasi AS pada akhir tahun ini akan berada di 8,1%, sedangkan pada 2023 akan berada di 3,9% dan 2024 di 2,5%.
The Fed diprediksikan akan berhenti menaikkan suku bunga ketika bukti nyata bahwa angka inflasi AS telah turun. Namun, AS berpotensi mengalami resesi sedang pada kuartal III-2023.
"Pejabat Fed telah mengindikasikan bahwa jeda hanya mungkin setelah bukti 'jelas dan meyakinkan' inflasi telah dimoderasi," kata Ekonom Senior AS di Deutsche Bank Brett Ryan dikutip Reuters.
"Dengan The Fed melanjutkan pengetatan agresifnya untuk mengendalikan inflasi yang terus-menerus, kami memperkirakan resesi moderat kemungkinan akan dimulai pada Q3 tahun depan karena pertumbuhan riil akan turun negatif dan tingkat pengangguran akan meningkat secara substansial," tambahnya.
Tingkat pengangguran diperkirakan rata-rata menjadi 3,7% tahun ini sebelum masing-masing naik menjadi 4,4% dan 4,8% pada tahun 2023 dan 2024.
Hal serupa terjadi pada mayoritas mata uang di Asia, di mana yuan China menjadi mata uang berkinerja terburuk hari ini karena melemah tajam 0,55% terhadap dolar AS. Disusul oleh rupiah dan baht Thailand yang terkoreksi masing-masing sebesar 0,17% dan 0,16% di hadapan si greenback.
Sementara hanya tiga mata uang di Asia yang berhasil menguat yakni rupee India, yen Jepang dan dolar Singapura.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Laju Penguatan Terhenti, Rupiah Dekati Rp 14.800/US$ Lagi