Indeks Dolar AS Turun Terus, Rupiah Siap Melesat Lagi!
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat 0,29% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 15.585/US$ pada perdagangan awal pekan kemarin.
Penguatan rupiah berpeluang berlanjut pada perdagangan Selasa (25/10/2022) melihat indeks dolar AS yang kembali turun. Pada pukul 7:27 WIB, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini berada di 111,84 atau turun 0,13%.
Kemarin indeks dolar AS turun kurang dari 0,1%, sementara Jumat pekan lalu merosot 0,77%.
Investor yang mulai masuk ke aset berisiko membuat dolar AS untuk sementara menjadi kurang menarik. Terlihat, bursa saham AS (Wall Street) yang sedang dalam tren menanjak.
Indeks Dow Jones memimpin penguatan Senin kemarin sebesar 1,3% ke 31.499,62, disusul S&P 500 sebesar 1,2% ke 3.797,34 dan Nasdaq 0,9% ke 10.952,61.
Sepanjang pekan lalu Nasdaq memimpin penguatan sebesar 5,2%. Sementara Dow Jones dan S&P 500 tercatat menguat 4,9% dan Dow Jones 4,7%.
Penguatan kiblat bursa saham dunia tersebut juga diikuti mayoritas bursa Asia, dan Eropa. Rupiah pun diuntungkan, apalagi setelah terus merosot hingga ke atas Rp 15.600/US$ pada pekan lalu.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR terus tertekan sejak menembus ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50).
MA 50 merupakan resisten kuat, sehingga tekanan pelemahan akan lebih besar ketika rupiah menembusnya.
Meski kemarin menguat, rupiah masih sudah berada di atas Rp 15.450/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 38,2%. Level tersebut bisa menjadi 'gerbang keterpurukan' bagi rupiah, selama tertahan di atasnya. Terbukti, rupiah terus tertekan setelah menembus level tersebut.
Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Selama tertahan di atas Fibonacci Retracement 32,5% tersebut rupiah berisiko terpuruk semakin jauh, menuju Rp 16.000/US$ atau di kisaran Rp 15.900/US$ yang merupakan FIb. Retracement 23,6%.
Resisten terdekat kini berada di Rp 15.600/US$, jika ditembus rupiah berpeluang melemah ke Rp 15.630/US$ hingga Rp 15.650/US$.
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian sudah cukup lama berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Indikator stochastic pada grafik 1 jam bergerak turun tetapi belum masuk wilayah oversold, sehingga ruang penguatan rupiah masih cukup terbuka.
Support terdekat berada di Rp 15.550/US$ jika ditembus, rupiah berpeluang menguat menuju Rp 15.500/US$, sebelum menuju Rp 15.450/US$ yang kini menjadi support kuat.
(pap/pap)