
Bos BNI Bocorkan Cara Perusahaannya Tekan Kredit Macet

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman resesi global bukan hanya isapan jempol belaka, bukan cuma masyarakat, pengusaha hingga perbankan juga diminta untuk bersiap. Jajaran manajemen PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) alias BNI juga menyakin kalau global saat ini tengah volatil cukup tinggi.
"Benar global itu sedang volatil tinggi dan sedang menghadapi potensi resesi karena kenaikan suku bunga dan inflasi. Untuk itu kami juga karena hanya itu, perkembangan pertumbuhan bisnis juga coba sesuaikan dengan kondisi yang ada dan mengukur likuditas, serta melihat era suku bunga rendah suda berakhir, dan dimulai suku bunga tinggi," jelas Royke Tumilaar, Direktur Utama BNI, dalam paparan kinerja kuartal III, Senin (24/10/2022).
Oleh karena itu, pihaknya mulai menjaga likuiditas yang coba dicerminkan rasio kredit terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) di bawah 90%. BNI pertumbuhan kredit coba jaga konservatif mungkin.
"Likiuditas dan kredit masih aman untuk BNI dalam situasi krisis global seperti sekarang ini. Kami akan tetap salurkan kredit secara pruden dan konservatif demi menjaga NPL dan menghadapi resesi global," jelas Royke.
Sampai dengan September 2022, laba bersih BNI tumbuh 76,8% Year on Year (YoY) mencapai Rp 13,7 triliun. Pertumbuhan laba yang sehat ini tetap dapat dicapai meskipun perseroan menerapkan strategi fungsi intermediasi selektif.
Pertumbuhan kredit mencapai 9,1% YoY menjadi Rp 622,61 triliun dengan fokus pada segmen berisiko rendah, debitur Top Tier di setiap sektor industri prospektif, serta regional champion di masing-masing daerah. Diharapkan, eksposur kredit berkualitas tinggi ini berdampak pada perbaikan kualitas kredit dalam jangka panjang.
Sebagai penopang pertumbuhan kredit, BNI mengandalkan pendanaan terutama dari Current Account Savings Account (CASA) yakni tabungan dan giro. Rasio CASA BNI mencapai 70,9% dari total dana pihak ketiga (DPK). Angka ini merupakan pencapaian yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir ini.
Dengan performa tersebut, Net Interest Income BNI tumbuh 5,2% YoY menjadi Rp 30,2 triliun. Non-Interest Income juga tumbuh baik mencapai 7,8% YoY menjadi Rp11 triliun, yang didorong oleh transaksi digital dan fee dari bisnis sindikasi, sehingga BNI mencetak pendapatan operasional sebelum pencadangan atau Pre-Provisioning Operating Profit (PPOP) sebesar Rp 25,8 triliun atau meningkat 9,7% YoY.
(tep/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gak Cuma Naik 75%, Laba Bersih BNI Cetak Rekor Tertinggi