BI Blak-blakan Soal Likuiditas Valas RI 'Kering', Beneran?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
Kamis, 20/10/2022 20:35 WIB
Foto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo Mengumumkan Hasil RDG Bulanan Bulan Oktober 2022 dengan Cakupan Triwulanan. (Tangkapan Layar Youtube)

Jakarta, CNBC Indonesia - Capital outflow atau dana asing yang lari dari pasar keuangan Indonesia diperkirakan terus terjadi. Bank Indonesia (BI) tak menampik saat ini likuiditas valas di dalam negeri terbatas alias kering.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, tekanan dari sisi arus modal asing meningkat, terutama dalam bentuk investasi portofolio, seiring dengan tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global.


Bank Indonesia (BI) memperkirakan net outflow sebesar US$ 2,1 miliar pada Kuartal III-2022 atau setara Rp 32,55 triliun (kurs Rp 15.500/US$).

"Investasi portofolio diperkirakan mencatat net outflow sebesar 2,1 miliar dolar AS pada triwulan III," jelas Perry dalam konferensi pers, Kamis (20/10/2022).

Sementara itu, posisi cadangan devisa Indonesia akhir September 2022 tercatat sebesar 130,8 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 5,9 bulan impor atau 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengakui likuiditas valas di Indonesia terbatas, di tengah tren neraca perdagangan Indonesia yang sudah mengalami surplus 29 kali berturut.

Terakhir pada September 2022, neraca perdagangan Indonesia kembali surplus sebesar US$ 4,99 miliar

"Likuiditas valas terbatas, padahal trade balance besar. Satu hal ini memang agak berbeda dengan periode-periode yang lalu," jelas Destry dalam kesempatan yang sama.

Destry merinci, saat ini kredit valas tumbuh sangat pesat. Pada September 2022 pertumbuhan kredit valas mencapai 18,1%, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) pertumbuhannya hanya mencapai 8,4%.

Melihat dari sumber pendanaan dari DPK, likuiditas valas memang terkesan terbatas. Namun, kata Destry jika dilihat dari sumber pendanaan di bank-bank terkait valas bervariasi.

Variasi pinjaman bank untuk kebutuhan valas, kata Destry da yang bentuknya pinjaman dalam penerbitan surat berharga negara (SBN). Bahkan SBN yang dimiliki oleh bank bisa dilakukan repo untuk mendapatkan valas.

"Jadi, sejauh ini kita masih terus mengamati perkembangan likuiditas valas tersebut," jelas Destry.

"Kalau memang terasa benar supply itu terbatas, tentunya di pasar itu kita akan berusaha melakukan stabilitas di pasar. Karena pada dasarnya kita punya fundamental dari rupiah itu sendiri," kata Destry lagi.

Dari catatan CNBC Indonesia, sejak awal Januari hingga 6 Oktober 2022, dana asing yang kabur dari Indonesia atau keluar dari dalam negeri (outflow) sudah mencapai Rp 167,81 triliun di Pasar Surat Berharga Negara (SBN).


(cha/cha)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bankir Putar Otak Genjot Kredit Saat Daya Beli & Ekonomi Lesu