
Cuma IHSG yang Melesat, Bursa Asia Ditutup Kebakaran

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di zona merah pada perdagangan Kamis (20/10/2022), di mana kekhawatiran resesi kembali muncul dan kembali membebani pasar saham global.
Hanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup di zona hijau pada hari ini. Bahkan, IHSG ditutup melonjak 1,75% ke posisi 6.980,65.
Sedangkan sisanya ditutup di zona merah. Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup merosot 0,92% ke posisi 27.006,96, Hang Seng Hong Kong ambles 1,4% ke 16.280,22, Shanghai Composite China melemah 0,31% ke 3.035,05, Straits Times Singapura turun tipis 0,1 poin ke 3.018,09, ASX 200 Australia ambrol 1,02% ke 6.730,7, dan KOSPI Korea Selatan terkoreksi 0,86% menjadi 2.218,09.
Dari China, bank sentral (People Bank of China/PBoC) memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan pinjaman (loan prime rate/LPR).
LPR tenor 1 tahun tetap dipertahankan di level 3,65%, sedangkan LPR tenor 5 tahun bertahan di level 4,3%. Hal ini sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya yang memperkirakan PBoC kembali mempertahankan LPR-nya kali ini.
Sebelumnya pada Senin lalu, PBoC juga telah menyuntikkan pinjaman MLF satu tahun senilai 500 miliar yuan (US$ 69,45 miliar) ke sistem perbankan, sesuai dengan jumlah yang jatuh tempo bulan ini dan tidak menghasilkan injeksi atau penarikan likuiditas secara bersih.
Hal ini terjadi ditengah kekhawatiran pasar akan ditundanya rilis beberapa data ekonomi di China, di mana salah satunya yakni data pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III-2022.
Penundaan ini juga terjadi di saat dunia mengendus gelagat penurunan ekonomi yang tajam di Negeri Tirai Bambu.
"Ini (penundaan rilis PDB) akan menyebabkan ketidakpastian dan kehati-hatian investor, sebab tidak ada penjelasan terkait penundaan tersebut," kata Ken Cheung, kepala analis valuta asing di Mizuho Bank, sebagaimana dilansir Japan Times, Senin (17/10/2022).
Perekonomian China diperkirakan akan mencatat kinerja terburuk dalam hampir 5 dekade terakhir. Penyebabnya, datang dari dalam dan luar negeri.
Survei terbaru dari Reuters yang melibatkan 40 ekonom menunjukkan perekonomian China diperkirakan tumbuh 3,2% di 2022, jauh di bawah target pemerintah 5,5%.
Sementara itu dari Australia, Tingkat pengangguran di Australia untuk September tidak berubah dari bulan sebelumnya di 3,5%, menurut Biro Statistik Australia, di mana hal ini sejalan dengan ekspektasi analis dalam survei Reuters.
Diana Mousina, ekonom senior di AMP Capital, mengatakan dia memperkirakan tingkat pengangguran akan tetap di level saat ini dalam waktu dekat sebelum naik tahun depan.
"Pertumbuhan lapangan kerja perlu melambat secara signifikan untuk melihat kenaikan tingkat pengangguran dalam jangka pendek," tulisnya dalam sebuah catatan, dikutip dari CNBC International.
Bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas melemah terjadi saat kekhawatiran investor akan resesi global kembali muncul. Kekhawatiran resesi kembali muncul setelah pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) kembali mengindikasikan bahwa The Fed masih akan agresif untuk meredam inflasi.
Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari pada Selasa lalu menyatakan bahwa The Fed mungkin perlu menaikkan suku bunga acuan di atas 4,75%, jika inflasi yang mendasarinya tidak berhenti melesat.
Survei "Beige Book" The Fed tentang aktivitas ekonomi menunjukkan perusahaan mencatat tekanan harga tetap tinggi, meskipun ada beberapa pelonggaran di beberapa distrik, sementara pasar tenaga kerja menunjukkan beberapa tanda pendinginan.
Kekhawatiran tentang resesi kembali muncul di kalangan investor karena The Fed terus mengikuti jalur hawkish yang dilapisi dengan kenaikan suku bunga.
Mengacu pada FedWatch, sebanyak 94,5% para pelaku pasar memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bp dan membawa tingkat suku bunga Fed ke kisaran 3,75%-4%.
Hal ini membuat beberapa perusahaan di AS kembali merubah proyeksi pendapatannya, dengan beberapa perusahaan dan analis merevisi prospek mereka ke bawah untuk kuartal mendatang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
