BI Kerek Suku Bunga 50 Bps, Rupiah Malah Dekati Rp 15.600/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 October 2022 14:43
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Kamis (20/10/2022). Dengan demikian, BI menaikkan suku bunga 50 bps dalam dua bulan beruntun.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21-22 September 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 50 bps menjadi 4,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 4%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers.

Rupiah yang belakangan ini 'sakit' dan mendekati level Rp 15.600/US$ tidak banyak bergerak merespon keputusan tersebut.

Pada pukul 14:41 WIB, rupiah berada di Rp 15.580/US$, melemah 0,55% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Tidak ada kejutan dari BI membuat rupiah juga tidak bergerak. Sebelumnya survei yang dihimpun CNBC Indonesia terhadap 13 institusi menunjukkan tujuh lembaga/institusi atau mayoritas memproyeksi kenaikan BI7DRR sebesar 50 bps menjadi 4,75%, lima lembaga/institusi memperkirakan Gubernur Perry Warjiyo dan kolega akan mengerek BI7DRR sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,50%, sementara satu lembaga memperkirakan kenaikan sebesar 75 bps menjadi 5,00%.

Tekanan bagi rupiah datang dari eksternal. Sudah jamak diketahui pemicu utama pelemahan rupiah adalah bank sentral AS (The Fed) yang sangat agresif menaikkan suku bunga. Sepanjang tahun ini kenaikannya sebesar 300 basis poin, menjadi 3% - 3,25% dan masih akan terus berlanjut.

Pada November nanti, bank sentral paling powerful di dunia ini diperkirakan akan menaikkan lagi sebesar 75 basis poin menjadi 3,75% - 4%. Tidak cukup sampai di situ, kenaikan masih akan terus dilakukan hingga awal tahun depan.

Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat suku bunga The Fed berada di level 4,75% - 5% pada Februari 2023.

Dengan agresivitas tersebut, indeks dolar AS terus meroket hingga menyentuh level tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Indeks ini merupakan tolak ukur kekuatan dolar AS, semakin tinggi artinya semakin perkasa.

Selain The Fed yang agresif, risiko resesi dunia juga membuat the greenback semakin cemerlang.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular