
'Gerbang Keterpurukan' Terbuka Lebar, Semoga Rupiah Kuat!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terus terpuruk melawan dolar Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan Rabu sempat menembus Rp 15.500/US$, terlemah sejak 22 April 2022.
Posisi rupiah sedikit membaik di penutupan, berada di Rp 15.495/US$ atau melemah 0,19% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Sudah jamak diketahui pemicu utama pelemahan rupiah adalah bank sentral AS (The Fed) yang sangat agresif menaikkan suku bunga. Ke depannya, rupiah masih berisiko tertekan.
Pada perdagangan Kamis (20/10/2022), pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) akan menentukan arah rupiah.
Survei yang dihimpun CNBC Indonesia terhadap 13 institusi menunjukkan lima lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI7DRR sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,50%, tujuh lembaga/institusi memproyeksi kenaikan BI7DRR sebesar 50 bps menjadi 4,75% sementara satu lembaga memperkirakan kenaikan sebesar 75 bps menjadi 5,00%.
Pelaku pasar tentunya menunggu kepastian seberapa besar suku bunga akan dinaikkan. Jika kenaikan hanya 25 basis poin, bisa menjadi sentimen negatif, sebab selisih suku bunga dengan The Fed akan semakin menyempit.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR terus tertekan sejak menembus ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50).
MA 50 merupakan resisten kuat, sehingga tekanan pelemahan akan lebih besar ketika rupiah menembusnya. Rupiah kini sudah berada di atas Rp 15.450/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 38,2%. Level tersebut bisa menjadi 'gerbang keterpurukan' bagi rupiah, selama tertahan di atasnya.
Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Selama tertahan di atas Fibonacci Retracement 32,5% tersebut rupiah berisiko terpuruk semakin jauh, menuju Rp 16.000/US$ atau di kisaran Rp 15.900/US$ yang merupakan FIb. Retracement 23,6%.
![]() Foto: Refinitiv |
Untuk hari ini, jika menembus level psikologis Rp 15.500/US$ ada risiko ke Rp 15.550/US$ hingga Rp 15.560/US$.
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian sudah cukup lama berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic pada grafik 1 jam yang digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian, mulai keluar dari wilayah overbought.
Support terdekat berada di Rp 15.450/US$ jika ditembus, rupiah berpeluang menguat ke Rp 15.400/US$.
(pap/pap)