
GDST Tercuan, AMMS Sudah 4 Hari Paling Boncos

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan Rabu (19/10/2022) kemarin.
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menguat 0,38% ke posisi 6.860,42. IHSG masih bertahan di zona psikologis 6.800.
Pada awal perdagangan sesi I kemarin, IHSG dibuka melamah tipis 0,19% di posisi 6.821,52. Namun menjelang pukul 10:00 WIB, IHSG berhasil bangkit ke zona hijau. Pada penutupan perdagangan sesi I kemarin, IHSG menguat dengan apresiasi 0,66% ke 6.879,86.
Pada perdagangan sesi II, penguatan IHSG kembali berlanjut. Namun tak beberapa lama, penguatan IHSG cenderung terpangkas dan berakhir hanya menguat 0,38%.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 13 triliun dengan melibatkan 20 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 295 saham terapresiasi, 245 saham terdepresiasi, dan 155 saham lainnya stagnan.
Investor asing kembali melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 124,71 miliar di pasar reguler. Namun di pasar tunai dan negosiasi, asing mencatatkan beli bersih (net buy) sebesar Rp 218,14 miliar.
Saat IHSG menguat, beberapa saham masuk ke jajaran top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Rabu kemarin.
![]() |
Saham emiten pembuatan pabrik pelat baja hot rolling yakni PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) memimpin deretan top gainers pada perdagangan kemarin. Saham GDST ditutup melejit 25,71% ke posisi harga Rp 220/saham.
Nilai transaksi saham GDST pada perdagangan Rabu kemarin mencapai Rp 30,88 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 155,01 juta lembar saham. Asing mengoleksi saham GDST sebesar Rp 2,44 miliar di pasar reguler.
Jika melihat data perdagangan sejak perdagangan 10 Oktober hingga kemarin, saham GDST hanya mencatatkan penguatan sebanyak 2 kali, sedangkan sisanya melemah yakni sebanyak 6 kali
Dalam sepekan terakhir, saham GDST terpantau melesat hingga 22,22%. Sedangkan selama sebulan terakhir, saham GDST melesat 20,88%.
Belum diketahui secara signifikan terkait kenaikan saham GDST kemarin, namun dari kinerja keuangannya pada semester I-2022, laba bersih GDST naik menjadi Rp 134,4 miliar, dari sebelumnya pada periode yang sama pada tahun lalu yang hanya sebesar Rp 5,5 miliar.
Sedangkan penjualan bersih GDST terpantau tumbuh 52% menjadi Rp 1,2 triliun pada semester I-2022, dari sebelumnya pada periode semester I-2021 sebesar Rp 809,2 miliar.
GDST optimis bahwa prospek bisnis bakal moncer di tahun ini. GDST pun membidik pendapatan hingga Rp 1,8 triliun. Selain itu, GDST juga membidik laba bersih tumbuh 2% di tahun ini.
Perseroan saat ini masih fokus ke pasar domestik disertai adanya upaya meningkatkan ekspor. Perseroan berencana akan memperluas pasar ekspor dengan menambah tujuan ekspor ke Australia dan Selandia Baru.
Upaya mencari peluang ekspor ke Eropa mendapatkan hasil positif dengan adanya penjualan ke Jerman dan Spanyol melalui pelabuhan Belgia sebesar 15 ribu ton.
Hal tersebut membuat pencapaian ekspor sudah melampaui realisasi sepanjang tahun 2021 dan melampaui target tahun 2022. Di samping itu, saat ini GDST juga sedang membangun proyek pabrik terbaru atau Plate Mill GDS ke-II.
Nantinya, pabrik Plate Mill II GDST akan memiliki kapasitas produksi sebesar 1 juta pelat baja per tahun. Adapun saat ini, GDST memiliki kapasitas produksi terpasang sebesar 400.000 ton baja (plate mill GDS) per tahun serta tambahan kapasitas sebesar 60.000 ton baja (plate mill eks JPRS/Div-1) per tahun.
Untuk membangun pabrik tersebut, Gunawan Dianjaya Steel telah menggunakan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 24 miliar yang mayoritas digunakan untuk penyelesaian pabrik anyar. Sementara total capex yang dicadangkan adalah sebesar Rp 125 miliar di sepanjang 2022.