
Bursa Asia Ditutup Beragam, Hang Seng-Shanghai Ambles

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu (19/10/2022), di mana bursa saham China ditutup ambles saat data ekonomi China banyak yang ditunda perilisannya.
Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup menguat 0,37% ke posisi 27.257,38, ASX 200 Australia bertambah 0,31% ke 6.800,1, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terapresiasi 0,38% menjadi 6.860,42.
Namun untuk indeks Hang Seng Hong Kong ditutup ambruk 2,38% ke posisi 16.511,28, Shanghai Composite China merosot 1,19% ke 3.044,38, Straits Times Singapura turun 0,1% ke 3.022,8, dan KOSPI Korea Selatan melemah 0,56% menjadi 2.237,44.
Dari China, seharusnya data harga rumah dirilis pada hari ini. Tetapi data tersebut juga ditunda perilisannya.
Sebelumnya, data neraca perdagangan China periode September 2022 hingga data pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) China pada kuartal III-2022 ditunda hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Data pertumbuhan ekonomi China pada kuartal III-2022 sebelumnya dijadwalkan rilis pada Selasa pagi pukul 09.00 WIB. Selain data PDB, data lain yang juga ditunda termasuk output industri bulanan, produksi energi, investasi aset tetap, investasi dan penjualan properti, penjualan ritel dan harga rumah.
Tak hanya data-data tersebut, data neraca perdagangan China pun hingga kini masih ditunda perilisannya. Padahal seharusnya, data neraca perdagangan China pada periode September 2022 dirilis Jumat pekan lalu.
Penundaan rilis data PDB China pada kuartal III-2022 dan beberapa data ekonomi lainnya pada periode September 2022 dapat memicu ketidakpastian investor dan kekhawatiran perlambatan ekonomi.
"Ini (penundaan rilis PDB) akan menyebabkan ketidakpastian dan kehati-hatian investor, sebab tidak ada penjelasan terkait penundaan tersebut," kata Ken Cheung, kepala analis valuta asing di Mizuho Bank, sebagaimana dilansir Japan Times, Senin (17/10/2022) lalu.
Penundaan rilis data ekonomi China membuat mata uang yuan China melemah sejak Selasa kemarin. Per hari ini pukul 16:36, yuan melemah 0,36% ke posisi 7,226/US$. Indeks Shanghai Composite juga terpuruk, kemarin melemah 0,13%, dan hari ini lebih dari 1%.
Perekonomian China diperkirakan akan mencatat kinerja terburuk dalam hampir 5 dekade terakhir. Penyebabnya, datang dari dalam dan luar negeri.
Survei terbaru dari Reuters yang melibatkan 40 ekonom menunjukkan perekonomian China diperkirakan tumbuh 3,2% di 2022, jauh di bawah target pemerintah 5,5%.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung bervariasi terjadi saat bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street masih menghijau hingga perdagangan Selasa kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 1,12%, S&P 500 melonjak 1,16%, dan Nasdaq Composite menguat 0,9%.
Langkah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang hawkish telah membuat banyak investor khawatir dan dapat membuat ekonomi Negeri Paman Sam tersebut masuk ke dalam resesi.
Pejabat The Fed sebagian besar telah kompak dalam komentar tentang perlunya bank sentral untuk menekan inflasi.
Sebuah laporan dari lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings mengatakan pihaknya telah memangkas perkiraan pertumbuhan AS untuk tahun ini dan berikutnya untuk memperingatkan bahwa kenaikan suku bunga The Fed dan inflasi akan mendorong ekonomi ke dalam resesi gaya 1990.
Investor kini masih mengawasi dengan ketat perilisan kinerja keuangan emiten di AS untuk menilai dampak dari inflasi yang masih meninggi dan kenaikan suku bunga The Fed.
Pasar juga memperkirakan The Fed masih akan bersikap hawkish dengan menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan November mendatang.
Mengacu pada FedWatch, sebanyak 94,8% para pelaku pasar memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) dan membawa tingkat suku bunga Fed ke kisaran 3,75%-4%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
