
Agung Podomoro Jual Central Park ke Jepang! Fitch Bilang Gini

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) menjual Mall Central Park kepada perusahaan Jepang Hankyu Hanshin Properties Corp.
Aksi korporasi ini dilakukan untuk mengurangi tekanan likuiditas dan pembiayaan kembali perusahaan, kata Fitch Ratings. Namun, risiko pembiayaan kembali yang terkait dengan obligasi senilai US$ 300 juta (Rp 4,6 triliun) yang jatuh tempo pada Juni 2024 membatasi peringkat tersebut.
Perusahaan sendiri telah menggunakan hasil penjualan untuk membayar kembali pinjaman senilai SGD 172,8 juta dari Guthrie Venture Pte. Ltd., yang jatuh tempo pada 20 November 2022, untuk kemudian berinvestasi kembali dalam 28,58% kepemilikan Central Park.
Sementara sebagian besar sisa dana untuk mendanai kebutuhan operasional dan belanja modal di anak perusahaannya, dan untuk mengelola kebutuhan pembayaran utang perusahaan induk.
Setelah penjualan mal dan pelunasan pinjaman Guthrie, arus kas bersih perusahaan induk akan turun, dengan biaya bunga tahunan yang lebih rendah sekitar Rp 150 miliar, lebih banyak dibandingkan dengan hilangnya pendapatan sewa tunai dari mal (2021: Rp 287 miliar).
APLN akan lebih mengandalkan pra penjualan properti di anak perusahaan, yang lebih fluktuatif daripada pendapatan sewa berulang, untuk melunasi utangnya. Fitch Rating memperkirakan pra-penjualan yang dapat diatribusikan perusahaan turun menjadi Rp 1,9 triliun - Rp 2 triliun pada tahun 2022 dari Rp 2,3 triliun pada tahun 2021 karena perlambatan permintaan sebagai akibat dari pengurangan insentif pemerintah dan kenaikan harga, serta suku bunga.
Meskipun APLN akan mempertahankan 28,58% saham di Central Park, APLN tidak akan memiliki kendali atas arus kas aset, yang akan membatasi kemampuannya untuk mengambil bagiannya dari pendapatan sewa bersih.
Fitch percaya APLN memiliki kendali yang lebih besar atas arus kas anak perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki, termasuk pengembangan perumahan dan properti komersial.
Saldo kas konsolidasi grup adalah Rp1 triliun pada akhir Juni 2022 dengan rata-rata saldo kas akhir kuartal sekitar Rp 950 miliar selama delapan kuartal terakhir.
"Kami percaya uang tunai yang disimpan di anak perusahaan bebas utang tanpa biaya pengembangan lebih lanjut akan paling mudah diakses oleh perusahaan induk," tutup Fitch.
(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Agung Podomoro (APLN) Ubah Rugi Jadi Laba, Segini Naiknya!
