Rupiah Nyaris Tembus Rp15.500/US$, Apa Harus Was-was?

Hadijah Alaydrus, CNBC Indonesia
18 October 2022 06:15
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terpuruk mendekati level Rp 15.500 per dolar AS dalam penutupan perdagangan kemarin, Senin (17/10/2022).

Mengutip data Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,39% menjadi Rp 15.485 per dolar AS. Level ini merupakan yang terendah dalam 2,5 tahun terakhir.

Hari ini, Selasa (18/10/2022), rupiah pun diperkirakan akan bergerak volatil dan berpotensi menembus level Rp 15.500 per dolar AS.

Head Economic & Research UOB Indonesia, Enrico Tanuwidjaja menilai pelemahan rupiah dipicu oleh sikap hawkish The Fed, mengingat laju inflasi AS yang masih tinggi.

Ke depannya, dengan estimasi kenaikan Fed Fund Rate (FFR) hingga 5%, dia yakin dolar AS akan terus menguat sehingga mata uang lain akan melemah, termasuk rupiah.

Dengan kondisi ini, Enrico menilai Bank Indonesia (BI) di RDG BI Oktober 2022 akan menaikkan suku bunga acuan 25 basis points (bps).

"Persistensinya 25 bps sampai akhir tahun sampai kuartal I (2023) sebesar 5,5%," ujarnya dalam Power Lunch, dikutip Selasa (18/10/2022).

Enrico tidak melihat potensi BI harus menaikkan suku bunga hingga 50 bps karena kondisi persentase pelemahan rupiah tidak mencapai double digit, dibandingkan dengan mata uang lain di kawasan.

Selain itu, inflasi inti hingga September 2022 masih terukur kenaikannya. Dengan demikian, gap suku bunga acuan di dalam negeri dan Fed Fund Rate, serta yield SBN 10 tahun dan US Treasury masih positif.

"Jadi kita harus balancing antara sektor eksternal yang sangat kuat untuk Indonesia plus pemenuhan kebutuhan untuk recovery sehingga di tengah-tengah likuiditas masih banyak, kenaikan ini terukur," kata Enrico.

Alhasil, sektor usaha atau bisnis bisa beradaptasi dengan baik. Dia menambahkan, saat ini BI tengah melakukan front loading kenaikan suku bunga. Ke depannya, dia yakin BI akan mengarah pada kebijakan suku bunga yang lebih data-dependent atau mengacu pada perkembangan data.

Dia pun melihat kebijakan BI untuk terus melakukan triple intervention dan komunikasi yang jelas akan dibutuhkan dalam menjangka stabilitas nilai tukar.

"Tapi lagi-lagi data menunjukkan rupiah kita masih berada dalam ambang batas yang secara relatif dan komparatif aman," tegas Enrico.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tunggu Kepastian Suku Bunga, Rupiah Bakal Kemana?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular