Awal Pekan Bursa Asia Bervariasi, Tapi Nikkei Ambles

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 17/10/2022 17:30 WIB
Foto: Bursa Jepang (AP/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup beragam pada perdagangan Senin (17/10/2022), di tengah kekhawatiran pasar akan potensi resesi global yang membebani ekspektasi atas berlanjutnya kebijakan pengetatan moneter di seluruh dunia.

Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup naik 0,15% ke posisi 16.612,9, Shanghai Composite China menguat 0,42% ke 3.084,94, KOSPI Korea Selatan bertambah 0,32% ke 2.219,71, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terapresiasi 0,24% menjadi 6.831,12.

Sementara untuk indeks Nikkei 225 Jepang ditutup ambles 1,16% ke posisi 26.775,79, Straits Times Singapura melemah 0,78% ke 3.015,75, dan ASX 200 Australia ambrol 1,4% menjadi 6.664,4.


Dari China, bank sentral (People Bank of China/PBoC) menggulirkan pinjaman fasilitas pinjaman jangka menengah (medium term lending facility/MLF) dan mempertahankan suku bunganya di level 2,75% pada hari ini.

PBoC mengumumkan akan mempertahankan suku bunga satu tahun dalam bulan kedua dan menyuntikkan 500 miliar yuan (US$ 70 miliar) melalui MLF. Survei Reuters memperkirakan tidak ada perubahan pada tingkat MLF dan sebagian pinjaman dari bank sentral Negeri Panda.

Sementara itu, data neraca perdagangan China periode September 2022 yang seharusnya dirilis pada Jumat pekan lalu, hingga hari ini masih ditunda perilisannya hingga informasi lebih lanjut.

Data awal untuk impor dan ekspor bulanan biasanya diterbitkan pada pagi hari pada hari-hari yang dijadwalkan oleh Administrasi Umum Kepabeanan China, sesuai dengan jadwal otoritas pabean.

Beberapa panggilan ke departemen bea cukai tidak dijawab. Agensi juga tidak mengadakan jumpa pers pagi, yang biasanya diharapkan pada hari-hari rilis triwulanan. Angka ekspor China pada September lalu diperkirakan melambat, sedangkan impor China diperkirakan naik.

Ekonom dalam survei Trading Economics memperkirakan ekspor Negeri Panda hanya naik 4,1% pada bulan lalu, dari sebelumnya pada Agustus lalu yang naik 7,1%, menjadi laju pertumbuhan paling lambat sejak April lalu.

Sedangkan impor Negeri Panda diprediksi naik menjadi 1% pada bulan lalu, dari sebelumnya pada Agustus lalu hanya naik 0,3%. Pejabat China baru-baru ini memperingatkan berkurangnya permintaan luar negeri karena ekonomi global melambat.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung beragam terjadi di tengah kegelisahan pasar terkait data inflasi baru yang akan menginformasikan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) karena terus menaikkan suku bunga untuk mendinginkan kenaikan harga.

Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan IHK utama AS mencapai ke 8,2% (year-on-year/yoy) pada September lalu. Laju inflasi memang lebih rendah dibandingkan pada Agustus yang tercatat 8,3% (yoy) tetapi masih di atas ekspektasi pasar yakni 8,1% (yoy).

Secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi tercatat 0,4% pada September atau meningkat dibandingkan pada Agustus yang tercatat 0,1%. Inflasi inti menyentuh 6,6 % (yoy) pada September, level tertingginya sejak 1982 atau 40 tahun terakhir.

Dengan inflasi yang masih tinggi, maka pasar berekspektasi bahwa The Fed masih akan bersikap hawkish untuk menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan selanjutnya untuk meredam inflasi.

Mengacu pada FedWatch, sebanyak 97,2% para pelaku pasar memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) dan membawa tingkat suku bunga Fed ke kisaran 3,75%-4%.

Keagresifan The Fed diprediksi akan membawa perekonomian Negara Adidaya tersebut masuk ke zona resesi dan tentunya akan berdampak pada negara-negara lain di dunia. AS merupakan perekonomian terbesar di dunia.

PDB AS menyumbang 25% dari ekonomi dunia. AS pun memimpin posisi ekonomi tertinggi sejak tahun 1960, bahkan jauh sebelum perang dunia I dan II. Atas dasar itu, AS dikenal sebagai Negara Adidaya Ekonomi.

Dengan demikian, jika negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini tertekan, maka akan bisa dipastikan mengganggu perekonomian global.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor