
Minyak Bangkit Setelah Ambrol 7%, Harga BBM Naik Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia menguat pada perdagangan awal pekan hari ini di tengah kekhawatiran resesi global.
Pada perdagangan Senin (17/10/2022) harga minyak mentah Brent tercatat US$92,22 per barel, naik 0,64% dibandingkan posisi sebelumnya. Sedangkan jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya menguat 0,61% ke US$86,13 per barel.
Harga minyak mentah dunia mencoba bangkit setelah sepanjang pekan lalu ambles hingga 7% secara point-to-point. Pasokan yang ketat akibat pemotongan produksi oleh OPEC+ dan embargo minyak mentah Rusia oleh sekutu Negara Barat menopang harga minyak mentah.
Akan tetapi, lonjakan harga minyak malah dianggap sebagai boomerang bagi ekonomi dunia. Badan Energi Internasional mengatakan keputusan kelompok produsen minyak mentah OPEC+ untuk mengendalikan produksi telah mendorong kenaikan harga dan ekonomi global ke dalam resesi.
"Kemerosotan ekonomi yang tak henti-hentinya dan harga yang lebih tinggi yang dipicu oleh rencana OPEC+ untuk memangkas pasokan memperlambat permintaan minyak dunia," kata IEA dalam laporannya.
"Dengan tekanan inflasi yang tak henti-hentinya dan kenaikan suku bunga, harga minyak yang lebih tinggi dapat membuktikan titik kritis bagi ekonomi global yang sudah di ambang resesi," tambahnya dalam laporan minyak bulanannya.
Ditambah dengan hukuman para Negara Barat kepada Rusia membuat pasokan semakin ketat dan dapat membuat harga minyak mentah makin mengangkasa.
Harga minyak mentah yang melambung akan berdampak kepada kehidupan manusia. Harga energi seperti bensin dan gas menjadi makin mahal, akibatnya inflasi melambung. Saat inflasi melambung, bank moneter akan menaikkan suku bunga acuan.
Suku bunga acuan yang naik otomatis akan turut mengerek bunga deposito dan kredit. Uang beredar di masyarakat akan berkurang dan bunga kredit menjadi mahal. Sehingga roda ekonomi akan melambat, bahkan para analis memprediksi akan terjadi resesi pada 2023.
Ekonomi yang melambat bahkan hingga resesi berpotensi membuat permintaan minyak mentah dunia menyusut. Saat permintaan turun, maka harga akan mengikuti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras) Next Article Stok Minyak AS Berkurang, Harga Minyak Dunia Masih Stagnan
