Tumbang dan Terkapar! Rupiah Tembus Rp 15.425/US$

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
14 October 2022 15:18
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali ambrol melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (14/10/2022), di tengah kondisi ketidakpastian global yang masih menyelimuti pasar keuangan Indonesia akibat isu resesi yang terus mencuat.

Mengacu pada data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah menguat tipis 0,03% ke Rp 15.355/US$. Pukul 11.00 WIB rupiah terpantau rupiah berbalik arah dan melemah 0,13% ke Rp 15.380/US$.

Di penutupan perdagangan rupiah tebus ke Rp 15.425/US$ melemah 0,42% di pasar spot, sekaligus menjadi posisi terlemah dalam 2,5 tahun terakhir.

Permintaan akan dolar AS tampaknya berkurang, seiring menurunnya katalis negatif di pasar keuangan global setelah rilis data inflasi AS yang melandai. Biro Tenaga Kerja AS pada Kamis (13/10/2022) merilis inflasi per September 2022 yang berada di 8,2%, melandai dari posisi bulan sebelumnya di 8,3% secara tahunan (yoy). Meski, berada di atas ekspektasi analis Trading Economics yang memprediksikan di 8,1%.

Angka inflasi masih ditopang oleh kenaikan harga perumahan, makanan, dan perawatan kesehatan.

Kendati demikian, Ini memberikan harapan tekanan inflasi mulai mereda dan ke depannya akan terus menurun, tanda-tanda perekonomian dunia "cerah" mulai muncul.

"Mungkin kita melihat tekanan inflasi sudah mencapai puncaknya dan dari sini kita akan melihat penurunan," kata Liz Ann Sonders, kepala stretegi investasi Charles Schwab, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (13/10/2022).

Kendati demikian, kabut hitam kelabu masih menyelimuti pasar keuangan. Masih ada banyak sentimen negatif yang masih membayangi pasar mulai dari kisruh di pasar obligasi Inggris, muramnya perekonomian China, hingga ekspektasi berlanjutnya kebijakan hawkish bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).

Sebagian pelaku pasar masih saja khawatir bahwa The Fed akan melanjutkan kebijakan hawkish-nya setelah risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) September lalu keluar pada Kamis.

Dalam risalah tersebut, pejabat The Fed menegaskan sikapnya untuk membawa inflasi ke kisaran 2%. The Fed tidak mau mengambil risiko dengan terlambat memerangi inflasi karena ongkosnya bisa lebih mahal. Bank sentral AS pun akan terus menaikkan suku bunga sampai inflasi bergerak di kisaran target mereka.

Partisipan melihat jika inflasi masih terlalu tinggi dan menggarisbawahi pentingnya stance kebijakan tegas selama mungkin jika diperlukan. Pengalaman sejarah menunjukkan bahayanya mengakhiri kebijakan ketat secara prematur," tulis risalah FOMC, dikutip dari website The Fed.

Zandi kepala ekonom Moody's Analytics percaya bahwa kebijakan yang dilakukan The Fed kali ini membawa perekonomian ke jalur yang tepat. Penurunan inflasi nantinya diperkirakan bisa mencegah terjadinya resesi.

Ia juga memprediksi suku bunga The Fed akan mencapai 4,5% - 4,75% di akhir tahun nanti, dan menahannya di level tersebut.

"Mereka akan mempertahankan suku bunga di level tersebut hingga 2024. Tetapi jika saya salah... dan inflasi masih tetap tinggi, mereka akan kembali menaikkan suku bunga dan kita akan masuk ke resesi," ujar Zandi.

Dari dalam negeri, kabar baik datang dari penjualan mobil domestik. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melaporkan penjualan mobil nasional September 2022 mencapai 99.986 unit. Jumlah tersebut melonjak 19% dibandingkan periode September 2021 yang tercatat sebanyak 84.113 unit.

Penjualan bulan September ini juga merupakan rekor baru sejak awal tahun 2022, bahkan sejak awal tahun 2021.

Lonjakan penjualan mobil pada September menjadi sinyal positif bagi perekonomian Indonesia.Penjualan mobil dan semen adalah indikator pergerakan konsumsi masyarakat Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/aum) Next Article Inflasi AS Sudah Melandai, Rupiah Malah Lesu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular