
Diselimuti Awan Gelap dan Pekat, Bursa Eropa Merah Lagi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Eropa kompak melemah pada sesi awal perdagangan Rabu (12/10/2022), di mana isu resesi global kian santer dan investor masih menantikan rilis data inflasi AS pada pekan ini. Isu resesi global di 2023 menjadi awan gelap dan pekat yang terus membayangi pasar saham.
Indeks Stoxx 600 di awal sesi turun 0,3% ke 386,7. Saham perbankan menjadi pemberat laju indeks acuan Eropa tersebut, ambles 1,1%. Sementara saham kesehatan naik 0,4%.
Hal serupa terjadi pada indeks DAX Jerman tergelincir 0,42% ke 12.168,88 dan indeks FTSE Inggris turun tipis 0,05% ke 6.881,65. Indeks CAC Prancis terkoreksi 0,54% ke posisi 5.801,5.
Pada Selasa (11/10), International Monetary Fund (IMF) kembali memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun depan menjadi 2,7%. Prediksi tersebut lebih rendah 0,2 persentase poin dari prediksinya pada Juli 2022 dan menyatakan bahwa tahun depan akan terjadi resesi.
Saham perusahaan bioscience asal Denmark, Chr. Hansen melesat lebih dari 11% di sesi awal perdagangan setelah melaporkan kinerja keuangan dan proyeksi keuangan ke depannya.
Sementara emiten terbawah indeks Stoxx 600, terdapat saham Philips yang anjlok lebih dari 11% setelah mereka memberikan peringatan mengenai kesehatan ekonomi perusahaannya pada laporan keuangan kuartal III-2022.
Kantor Statistik Nasional melaporkan bahwa PDB Inggris pada Agustus 2022 terkontraksi 0,3% secara bulanan, posisi tersebut juga di bawah ekspektasi analis Reuters.
Penurunan aktivitas sebagian didorong oleh melemahnya aktivitas manufaktur, aktivitas produksi dan jasa. Selain itu, pertumbuhan PDB pada Juli 2022 direvisi terkontraksi 0,1% dari perkiraan sebelumnya minus 0,2%.
"Meskipun angka ini bukan yang ingin dilihat negara, itu tidak akan membuat banyak perbedaan pada jalur yang sudah kita jalani. Bank of England (BOE) akan terus meningkatkan suku bunga dasarnya dalam pertempuran untuk menjinakkan inflasi yang tidak terkendali," tutur Kepala Investasi Quilter Investors Marcus Brookes dikutip CNBC International.
Sementara itu, investor global akan disuguhkan dengan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang dijadwalkan akan dirilis pada Kamis 13 Oktober 2022 waktu Indonesia. Konsensus analis Trading Economics memprediksikan angka inflasi akan melandai ke 8,1% pada September 2022 dari bulan sebelumnya di 8,3%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar Tunggu Rilis Data Ekonomi AS, Bursa Eropa Turun Tipis