Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo baru saja mengungkapkan fakta mencengangkan, ada 28 negara sedang antri untuk mendapatkan asistensi dan pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Menurut Jokowi situasi perekonomian dunia sedang tidak mudah, dilingkupi ketidakpastian dan volatilitas tinggi. Pertumbuhan ekonomi global tahun depan diproyeksi hanya tumbuh 2,2% dari proyeksi awal 3%.
Ini dipicu oleh perang Rusia-Ukraina yang memporakporandakan ekonomi dunia, setelah sebelumnya Pandemi Covid-19 menghancurkannya.
Jokowi yang berbicara dalam BNI Investor Daily Summit 2022, Selasa (11/10/2022) mengambil contoh Argentina. Inflasi di sana sudah mencapai 83,5% dengan kenaikan suku bunga hingga 37%, jauh tinggi di atas Indonesia, inflasi 5,95% dan kenaikan suku bunga hanya 75 basis poin atau 0.75% saja.
Argentina memang peers Indonesia, meskipun secara kelas ekonomi lebih baik. Pendapatan perkapita di sana US$10,628 pada 2021, jauh di atas Indonesia US$ 4,349. Tetapi faktanya, hidup Argentina saat ini jauh lebih sengsara dibandingkan nusantara. "Ini tetap harus kita syukuri," kata Jokowi.
Argentina adalah contoh paripurna negara sakit. Inflasi tinggi, suku bunga tinggi, kurs jeblok, utang menumpuk, cadangan devisa tipis, investasi asing nyaris tak ada, dan banyak lagi indikator busuk lainnya. Semua gejala ini merupakan siklus berulang.
Kini Argentina adalah pasien tetap dengan penyakit terparah IMF. Paket penyelamatannya paling besar, senilai US$44 miliar diteken Maret lalu, untuk skema selama 30 bulan.Utang ini diteken setelah paket penyehatan senilai US$57 miliar-terbesaryang pernah diberikan IMF-pada 2018 ini gagal total menyembuhkan penyakit yang di derita.
Karena itu, dari semua penyakit kambuhannya, yang paling mengkawatirkan Argentina adalah ledakan krisis utang untuk kesekian kalinya. Negara penghasil utama gandum dunia ini tercatat sudah sembilan kali dinyatakan default alias gagal bayar utang.
Dimulai periode pertama pada 1827, atau 11 tahun setelah kemerdekaan, hingga teranyar tak mampu mengembalikan skema pinjaman miliar dolar pinjaman jatuh tempo pada 2021.
Semua lembaga pemeringkat memberi label C pada semua tenor surat utang denominasi dolar AS milik pemerintah Argentina. Artinya, default atau berpotensi gagal bayar.
Nilai utang pemerintah Argentina tidak main main, mencapai setara lebih dari Rp515 ribu triliun bila di rupiahkan dengan kurs Rp15.290 per dolar Amerika Serikat. Rinciannya, obligasi dalam mata uang dolar AS sebesar US$29,4 triliun atau setara 60,9% dari total utang, obligasi dalam negeri Peso Argentina atau ARS 13,3 triliun (27,56%) dan obligasi dalam mata uang EUR4,3 triliun (8,93%). Ketiga denominasi itu mencakup 97% dari total utang Argentina.
Fenomena strong dolar AS dalam bingkai kenaikan suku bunga bank sentral AS (the Federal Reserve/Fed) adalah lonceng kiamat untuk pasar obligasi negara Argentina yang didominasi dollar. Strong dolar AS membuat negara seperti Argentina meradang karena kebutuhan biaya untuk impor kebutuhan pokok, seperti bahan bakar dan pelumas naik.
Padahal cadangan devisa dolar AS Argentina saat ini kurang dari US$37 miliar, atau tak sampai setengah dari yang dimiliki Indonesia. Padahal kebutuhan untuk membayar utang dan impor cukup tinggi.
Pelemahan Peso terhadap dolar AS juga mengakibatkan biaya bunga meningkat. Yield obligasi inflasi (inflation-linked bond) milik pemerintah Argentina tenor 10 tahun saat ini nangkring di 9,589%, tertinggi sejak awal Juli lalu.
"Segalanya terlihat sedikit goyah saat ini," kata Leland Goss dari International Capital Markets Association, sebuah badan perdagangan. "Tampaknya ada konsensus yang bisa kita hadapi untuk pertama kalinya dalam beberapa saat, bukan hanya satu tetapi seluruh negara yang akan melakukan restrukturisasi," katanya seperti dikutip The New York Times.
Beberapa negara sudah terlebih dulu bangkrut, seperti Sri Lanka, Libanon dan beberapa di Afrika. Tanpa utang dari IMF, Argentina juga masuk dalam daftar tersebut.
Beberapa waktu lalu, mereka mencairkan utangnya senilai US$3.8 miliar, sehingga menambah total pinjaman sekitar US$17.5 miliar dari plafon. "Tindakan tegas oleh tim ekonomi yang baru sangat penting untuk menstabilkan pasar dan membangun kembali kepercayaan," ujar IMF dalam pernyataannya yang di kutip Reuters.
Entah sembuh atau tidak, namun penyelamatan Argentina dari krisis adalah pertaruhan IMF sebagai dokter penyelamat negara dari krisis. Kini, seperti kata Jokowi ada 28 negara yang antri di ruang tunggu. Bisakah mereka mempercayai 'dokter' yang beberapa kali gagal menyembuhkan Argentina?
TIM RISET CNBC INDONESIA