Update 'Gelapnya' Dunia: Resesi Bakal Parah, Panjang & Buruk!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 October 2022 13:45
Economics professor, Nouriel Roubini
Foto: Economics professor, Nouriel Roubini (REUTERS/Gus Ruelas)

Menurut Roubini skenario yang terburuk bukan resesi, tetapi adalah stagflasi.

Inflasi tinggi di Amerika Serikat bisa berlangsung lama akibat masalah supply shock dari pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina.

Sementara suku bunga tinggi akan menekan bertumbuhan ekonomi, sehingga dunia menghadapi risiko terburuk yakni stagflasi seperti 1970an.

Ketika inflasi tinggi dan produk domestik bruto (PDB) melambat atau stagnan, maka perlahan-lahan kondisi ekonomi akan semakin memburuk atau 'mati pelan-pelan'.

Saat kondisi perekonomian memburuk, pemutusan hubungan kerja (PHK) akan terjadi secara masif, dan tingkat pengangguran akan meroket. Inflasi dan tingkat pengangguran yang tinggi bisa menjadi ciri khas dari stagflasi. Sebab, keduanya biasanya berkebalikan.

Stagflasi lebih sulit 'disembuhkan' ketimbang resesi. Sebab, para pembuat kebijakan harus bisa menyeimbangkan antara inflasi dan pasar tenaga kerja. Ketika inflasi tinggi maka suku bunga akan dikerek naik, tetapi risikonya pasar tenaga akan melemah dan tingkat pengangguran meningkat.

Sebaliknya, saat tingkat pengangguran tinggi yang dibutuhkan adalah suku bunga rendah, tetapi risikonya inflasi akan meningkat.

Masyarakat akan merasakan dampak yang sangat berat. Tingkat pengangguran yang tinggi membuat pendapatan rendah, tetapi harga barang-barang sangat mahal yang tercermin dari inflasi yang tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular