Analisis Teknikal

Bursa Asia Bikin Ngeri, Waspada IHSG Tumbang Hari Ini

Putra, CNBC Indonesia
Selasa, 11/10/2022 06:00 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan awal pekan ini dengan koreksi. IHSG ditutup drop 0,46% di 6.994,4 pada perdagangan Senin (10/10/2022). IHSG konsisten bergerak di zona merah sejak perdagangan dibuka.

Meski mencoba rebound dari koreksi di sesi II, tetapi IHSG masih di bawah level psikologis 7.000 dan menjadi posisi penutupan terendah sejak awal Agustus 2022. Di sisi lain Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meski tetap optimis tetapi mengalami penurunan cukup tajam.

Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK bulan September berada di 117,2 atau 7,5 poin lebih rendah dari bulan Agustus 2022 di 124,7. Minggu ini pelaku pasar masih menanti rilis data inflasi AS bulan September yang diperkirakan masih naik 8% secara tahunan.


Setelah terlempar dari level psikologis 7.000 di awal pekan, bagaimana prospek IHSG hari ini? Simak ulasan teknikal berikut.

Analisis Teknikal

Foto: Teknikal
Teknikal

Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) dan menggunakan indikator Boillinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).

Jika melihat level penutupan IHSG dan indikator BB kemarin, indeks masih bergerak di dekat batas bawah BB 6.943.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Posisi RSI turun ke 36,08 dari sebelumnya 38,92 mengindikasikan penguatan momentum jual seiring dengan aksi jual asing sebesar Rp 833 miliar di pasar reguler kemarin.

Dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis EMA 12 tampak masih di bawah garis EMA 26 dan bar histogram bergerak di area negatif.

Melihat berbagai indikator teknikal yang ada, IHSG memang masih berpeluang untuk terkoreksi. Setidaknya IHSG perlu menguji level 6.943 sebagai support terdekat dan resisten ada di 7.000.

Bursa Asia Ambles Lagi, Hang Seng Ambruk Nyaris 3%

Bursa Asia-Pasifik ditutup kembali berjatuhan pada perdagangan Senin (10/10/2022) awal pekan ini, di tengah amblesnya bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir pekan lalu.

Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup ambruk 2,95% ke posisi 17.216,66, Shanghai Composite China ambles 1,66% ke 2.974,15, Straits Times Singapura ambrol 1,22% ke 3.107,47, ASX 200 Australia drop 1,4% ke 6.667,8, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,46% menjadi 6.994,395.

Sementara, untuk indeks Nikkei 225 Jepang dan KOSPI Korea Selatan pada hari ini tidak dibuka karena adanya libur nasional.

Pada akhir pekan ini, pelaku pasar di Asia-Pasifik bakal memantau beberapa rilis data ekonomi dan agenda penting, seperti kebijakan suku bunga terbaru bank sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BoK), data pertumbuhan ekonomi Singapura pada kuartal III-2022, dan data inflasi China periode September 2022.

Tak hanya data ekonomi dan agenda penting, beberapa perusahaan besar di kawasan tersebut juga akan merilis kinerja keuangannya pada kuartal III-2022, seperti perusahaan semikonduktor Taiwan Semiconductor Manufacturing Co Ltd., dan perusahaan konglomerat Jepang, Fast Retailing.

Dari Hong Kong, saham pembuat chip terbesar China, SMIC jatuh setelah Washington mengumumkan kontrol ekspor baru yang akan membatasi kemampuan Beijing untuk membeli dan memproduksi chip kelas atas yang digunakan dalam peralatan militer.

Saham SMIC ambles 3,95% pada akhir perdagangan hari ini.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning mengatakan dalam konferensi pers pada Sabtu lalu bahwa AS telah menyalahgunakan langkah-langkah kontrol ekspor untuk secara ceroboh memblokir dan melumpuhkan perusahaan-perusahaan China.

Praktik semacam itu bertentangan dengan prinsip persaingan yang adil dan aturan perdagangan internasional.

Sementara itu dari China, pada Sabtu lalu, Indeks manajer pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) jasa versi Caixin periode September 2022 berada di angka 49,3, turun tajam dari periode Agustus 2022 di angka 55.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.

Pembatasan Covid-19 menyebabkan aktivitas jasa di China kembali berkontraksi pada September 2022 untuk pertama kalinya sejak Mei 2022.

"Perusahaan yang melaporkan pengurangan aktivitas sering berkomentar bahwa pandemi dan tindakan selanjutnya untuk menahan virus telah membatasi operasi dan membebani permintaan pada September lalu," kata siaran pers Caixin.

Bursa Asia-Pasifik terpengaruh dari pergerakan bursa saham AS, Wall Street yang kembali berjatuhan pada akhir pekan lalu.

Indeks Dow Jones ditutup ambles 2,11%, S&P 500 ambruk 2,8%, dan Nasdaq Composite anjlok 3,8%.

Wall Street anjlok setelah data tenaga kerja AS untuk September keluar. Biro statistik Tenaga Kerja AS mengumumkan ada peningkatan jumlah pekerja sebanyak 263.000 pada September.

Jumlah tersebut memang jauh lebih rendah dibandingkan 315.000 pada Agustus. Namun, tingkat pengangguran melandai ke 3,5% pada September 2022 dari 3,7% pada Agustus.

Meskipun penambahan pekerja melandai tetapi angkanya masih terbilang solid. Dengan data yang masih solid, pasar pun berekspektasi jika kebijakan hawkish bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan bertahan lama.

"The Fed tidak akan membantu pasar. Kebijakan mereka untuk mengejar stabilitas harga bahkan bisa membuat pasar saham terkapar," tutur Christopher Harvey, analis dari Wells Fargo Securities, dikutip dari CNBC International.

Di lain sisi, pelaku pasar global bakal menanti rilis data inflasi AS pada pekan ini. Data inflasi AS memang baru akan keluar pada Kamis tetapi jika ekspektasi inflasi AS naik dampaknya sudah bisa menggoyang pasar jauh-jauh hari sebelumnya.

Sebagai catatan, inflasi AS pada Agustus lalu tercatat 8,3% (yoy), melandai dibandingkan Juli yang tercatat 8,5%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran Dibombardir Israel, Bursa Asia & IHSG "Kebakaran"