Dolar AS Nanjak Lagi, Rupiah Terlibas!
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah kembali tertekan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Senin (10/10/2022), seiring dengan penguatan indeks dolar AS di pasar spot.
Mengacu pada data Refinitiv, rupiah terkoreksi tipis pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,07% ke Rp 15.260/US$. Sayangnya, rupiah melanjutkan koreksinya lebih dalam sebanyak 0,28% ke Rp 15.293/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Terkoreksinya Mata Uang Garuda terjadi ketika indeks dolar AS menguat di pasar spot. Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS terpantau menguat 0,02% ke posisi 112,819. Selain itu, indeks dolar AS juga masih diperdagangkan dekat dengan posisi tertinggi selama dua dekade di 114,7 yang dicapainya pada akhir September 2022 lalu.
Sementara sentimen negatif juga masih menyelimuti bursa global. Pada Jumat (7/10) pekan lalu, Departemen Tenaga Kerja AS merilis angka tenaga kerja Non-pertanian (Non-farm payrolls/NFP) yang bertambah sebanyak 263.000 tenaga kerja, di bawah dari konsensus analis Dow Jones di 275.000 pekerjaan. Namun, angka pengangguran AS per September 2022 menurun ke 3,5% dari 3,7% pada bulan sebelumnya.
Rilis data ekonomi tersebut memang pada dasarnya berita baik, tapi pada saat ini kabar baik menjadi katalis negatif, menandakan bahwa ekonomi AS tetap tangguh meskipun bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) telah agresif menaikkan suku bunga acuannya untuk memperlambat ekonomi.
Pasar tenaga kerja AS yang tangguh, tentunya akan membuat angka inflasi sulit melandai dan turut menekan The Fed untuk kembali agresif pada pertemuan selanjutnya pada November 2022.
"Ini bukti lebih lanjut bahwa ekonomi AS tidak melemah. Itu hanya menambah gagasan bahwa The Fed akan menghabiskan tiga minggu ke depan untuk mengatakan hal yang sama tentang suku bunga," tutur Ahli Strategi Westpac Sean Callow dikutip Reuters.
Dia juga mengatakan bahwa rilis data ekonomi dan potensi kenaikan suku bunga akan menjadi penopang penguatan dolar AS ke depannya.
Pekan ini, akan menjadi pekan yang penting untuk investor global, di mana data inflasi AS per September 2022 akan dirilis pada Kamis 13 Oktober 2022. Konsensus analis Trading Economics memprediksikan angka inflasi AS secara tahunan (yoy) akan melandai ke 8,1% dari 8,3% pada Agustus 2022. Sementara inflasi inti akan naik menjadi 6,5%.
Sementara dari Tanah Air, rilis data ekonomi hari ini masih menunjukkan ekonomi Indonesia yang solid. Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September 2022 berada di 117,2, turun sedikit dari bulan sebelumnya di 124,7. Namun, level tersebut masih dinilai aman karena konsumen masih optimis mengenai kondisi ekonomi Indonesia.
"Keyakinan konsumen pada September 2022 yang tetap terjaga ditopang oleh tetap kuatnya Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) terutama pada komponen indeks ekspektasi penghasilan dan ekspektasi ketersediaan lapangan kerja," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Senin (10/10/2022).
Sementara itu, optimisme konsumen atas kondisi ekonomi saat ini ditopang oleh optimisme akan penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja saat ini, meskipun tidak sekuat pada bulan sebelumnya.
Secara rinci, angka IKK per September 2022 yang tergerus karena pada seluruh kategori pengeluaran menurun, terutama pada responden dengan pengeluaran Rp 4,1-5 juta.
Dari survei BI, IEK pada September 2022 tercatat sebesar 126,1, atau tetap berada pada level optimis, meski tidak setinggi bulan sebelumnya sebesar 137,7.
Sementara itu, konsumen masih memiliki optimisme atas kondisi ekonomi saat ini, meskipun tidak sekuat pada bulan sebelumnya dimana Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) sebesar 108,3, sedikit lebih rendah dari 111,7 pada Agustus 2022.
Di Asia, mayoritas mata uang terkoreksi terhadap dolar AS. Rupee India berhasil menguat 0,54% terhadap dolar AS dan menjadi mata uang berkinerja terbaik di Asia. Disusul oleh dolar Taiwan dan yuan China yang terapresiasi 0,06% dan 0,01% di hadapan si greenback.
Sementara, baht Thailand terkoreksi paling tajam sebanyak 0,43% terhadap dolar AS. Kemudian terdapat rupiah dan ringgit Malaysia yang melemah masing-masing sebesar 0,28% terhadap dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)