Setelah PHP, Akhirnya IHSG Longsor Bikin Patah Hati Hari Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan pekan ini di zona merah. IHSG ditutup melemah 0,7% di 7.026,78 dan konsisten bergerak di zona merah sejak awal perdagangan.
Pergerakan IHSG juga sejalan dengan mayoritas indeks saham acuan Bursa Regional. Indeks Hang Seng bahkan drop 1,51%.
IHSG yang sulit bergerak ke zona hijau masih disebabkan oleh volatilitas pasar keuangan global dan arus dana asing yang mengalir keluar.
Statistik perdagangan mencatat, asing net sell Rp 340 miliar di pasar reguler kemarin. Dalam sepekan ini asing net sell Rp 79 miliar. Namun dalam sebulan asing keluar dari pasar saham sebesar Rp 2 triliun.
Aksi jual saham di bursa saham AS meningkat kemarin, di mana imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 dan tenor 2 tahun naik.
Indeks Dow Jones ditutup ambles 1,15% ke 29.926,94 dan S&P 500 jatuh 1,02% ke 3.744,52. Sementara Nasdaq drop 0,68% ke 11.073,31. Padahal, ketiga indeks utama sempat membuka perdagangan di zona hijau.
Ketiga indeks tersebut berada di jalur penguatannya secara mingguan sebanyak 4% dan menjadi pekan terbaiknya sejak 24 Juni 2022.
Yield obligasi tenor 10 tahun menyentuh 3,8%, sementara yield obligasi tenor 2 tahun yang lebih sensitif terhadap kenaikan suku bunga naik hingga 4,2%.
Perkumpulan negara-negara produsen minyak mentah dunia, OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi minyak mentahnya hingga 2 juta bare per hari (bph) yang akan dimulai pada November 2022.
Pemangkasan produksi terbesar sejak pandemi Covid-19 ini dinilai akan mengerek lagi harga minyak mentah dunia, yang dalam minggu-minggu ini sudah mengalami penurunan di level US$ 80-an per barel.
Kenyataannya memang, baru diputuskan untuk memangkas produksi 2 juta bph. Harga miyak mentah dunia khususnya jenis Brent mengalami kenaikan hingga berada di level US$ 93,52 per barel.
Analis Reuters memprediksikan jumlah produksi dari OPEC+, yang merupakan sebuah organisasi yang dibentuk oleh negara-negara OPEC dan non-OPEC, akan turun menjadi 41,86 juta barel per hari pada November dari 43,86 juta barel per hari.
(trp)