Kartel OPEC+ Disebut Egois! Rupiah Jadi Melemah Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 October 2022 09:03
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Kamis (6/10/2022). OPEC+ yang memangkas produksi minyak mentahnya membuat sentimen pelaku pasar memburuk.

Rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 15.190/US$. Tetapi tidak lama, langsung melemah tipis 0,03% ke Rp 15.195/US$, melansir data Refinitiv. 

Kartel Negara Pengekspor Minyak Mentah (OPEC) begitu juga Rusia dan beberapa lainnya yang disebut OPEC+kemarin memangkas tingkat produksinya yang membuat harga minyak mentah kembali menanjak. Hal ini berisiko membuat harga energi masih akan tinggi dalam waktu yang lama, yang tentunya berdampak ke inflasi.

Resesi dunia di 2023 pun semakin nyata, sentimen pelaku pasar kembali memburuk.

Spekulasi tersebut sudah berhembus dalam beberapa pekan terakhir, pasar memperkirakan OPEC+ akan memangkas produksinya sekitar 500 ribu - 2 juta barel per hari.

Dalam pertemuan Rabu (5/10/2022) kemarin, kartel OPEC+ memangkas produksinya sebesar 2 juta barel per hari. Harga minyak mentah pun kembali menanjak, minyak Brent naik 1,7% ke 93,37/barel dan WTI 1,4% ke 87,76/barel.

Bahkan jika melihat dalam 7 hari perdagangan terakhir, Brent sudah meroket lebih dari 11% dan WTI 14,4%.

Langkah OPEC+ pun disebut egois, mementingkan keuntungan semata, tanpa melihat kondisi negara-negara lain yang merana akibat harga minyak mentah yang mahal.

"Dalam bahasa mereka sendiri, misi OPEC untuk memastikan harga yang tepat bagi konsumen dan produsen. Keputusan mereka mengurangi tingkat produksi dalam kondisi ekonomi saat ini menunjukkan kebijakan yang berlawanan dengan misi tersebut," kata Stephen Brennock, analis senior di PVM Oil Associates di London, sebagaimana dikutip CNBC International, Rabu (4/10/2022).

"Supply yang sudah ketat, dan kini malah semakin dikurangi akan langsung memukul konsumen. Itu adalah langkah yang egois dan hanya bertujuan untuk mendapatkan profit. Pendek kata, OPEC+ memprioritaskan harga di atas stabilitas dalam kondisi yang penuh ketidakpastian di pasar minyak mentah," tambahnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular