Indeks Hang Seng Terbang Nyaris 6%, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup menghijau pada perdagangan Rabu (5/10/2022), melanjutkan reli yang sudah terjadi sejak Selasa kemarin.
Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup menguat 0,48% ke posisi 27.120,53, Hang Seng Hong Kong meroket 5,9% ke 18.087,97, Straits Times Singapura bertambah 0,46% ke 3.153,23, ASX 200 Australia melejit 1,74% ke 6.815,7, KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,26% ke 2.215,22, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir naik tipis 0,04% menjadi 7.075,385.
Sementara untuk pasar saham China hingga hari ini masih belum dibuka. Pekan ini merupakan Golden Week atau libur panjang di China, memperingati serangkaian Hari Nasional China.
Dari Korea Selatan, inflasi terpantau sedikit melambat pada September lalu, sebagai tanda bahwa pengetatan kebijakan mulai membebani permintaan.
Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) periode bulan lalu sedikit turun 5,6% (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Agustus lalu sebesar 5,7%. Angka ini juga lebih rendah dari prediksi pasar dalam polling Reuters yang memperkirakan CPI Negeri Ginseng tetap di 5,7%.
Sedangkan secara bulanan (month-on-month/mom), CPI Korea Selatan masih naik menjadi 0,3%, dari sebelumnya minus 0,1%.
Bank sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BoK), yang memulai siklus pengetatannya pada Agustus tahun lalu, telah tertinggal di belakang bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) karena AS menaikkan secara agresif untuk mengendalikan inflasi yang melonjak.
Selisih suku bunga telah mengirim won jatuh ke level terendah 13 tahun, meningkatkan biaya impor dan mengancam untuk memperkuat tekanan inflasi.
BOK mengatakan bahwa mereka melihat pertumbuhan harga konsumen bertahan dalam kisaran 5% -6% untuk waktu yang "cukup". Ini menyoroti meningkatnya tekanan dalam inflasi inti, yang mencapai 4,5% pada September dari tahun sebelumnya, sedikit di atas perkiraan ekonom sebesar 4,4%.
"Dengan inflasi inti yang masih terlihat tidak stabil, bank sentral belum berpikir tanda-tanda akan berkedip hijau," kata So Jaeyong, ekonom di Shinhan Bank yang memperkirakan kenaikan 50 basis poin (bp) ketika dewan bertemu minggu depan.
BOK memiliki dua pertemuan di sisa tahun ini, dengan tingkat suku bunga saat ini berada di 2,5%.
Bursa Asia-Pasifik yang kembali cerah terjadi menyusul kembali bergairahnya bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa kemarin.
Pada Selasa kemarin, Indeks Dow Jones ditutup melejit 2,8%, S&P 500 terbang 3,06%, dan Nasdaq Composite meroket 3,34%.
Pasar ekuitas memiliki awal yang kuat pada bulan ini, membalikkan penurunnya pada September 2022 dan kuartal sebelumnya.
"Setelah ambles lebih dari 9% di sepanjang September 2022 dan anjlok hampir 25% di sepanjang tahun ini, kita menilai indeks S&P 500 telah oversold," tutur Ketua Investasi UBS Global Wealth, Mark Haefele, dikutip dari CNBC International.
Sentimen telah membaik dalam dua hari terakhir karena yield Treasury tenor 10 tahun turun dan diperdagangkan sekitar posisi 3,63% pada Selasa kemarin, setelah pekan lalu sempat menyentuh di atas 4%.
Menurut Ed Yardeni, veteran pemain pasar, memperkirakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) hanya akan menaikkan suku bunga satu kali lagi, yakni pada November. Setelahnya, bank sentral pimpinan Jerome Powell ini akan menghentikan periode kenaikan suku bunga akibat dolar AS yang terlalu perkasa.
"Saya rasa The Fed merusak sesuatu. Apa yang rusak adalah dolar AS karena terlalu kuat. Melesatnya dolar AS dikaitkan dengan krisis finansial global. Kita harus memiliki pandangan global dalam hal ini, kebijakan moneter yang ketat di AS memiliki dampak yang luar biasa ke seluruh dunia, terutama di negara berkembang," kata Yardani, sebagaimana dikutip Reuters.
Kebijakan moneter The Fed yang terlalu ketat akan mengacaukan stabilitas finansial, dan para pejabatnya dikatakan harus menyadari hal tersebut.
"Saya pikir mereka akan menaikkan suku bunga sekali lagi di bulan November, sebab stabilitas finansial akan menjadi perhatian mereka," ujar Yardani.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
'Duet' OPEC+ dan ADP Bikin Bursa Asia Bervariasi
(chd/chd)