Hang Seng Hong Kong Meroket 4% Lebih, Kode Buat IHSG Nih!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
05 October 2022 08:48
A man uses a mobile phone next to an electronic board showing Japan's Nikkei average outside a brokerage in Tokyo, Japan, October 12, 2018.   REUTERS/Toru Hanai
Foto: Ilustrasi Bursa Tokyo (REUTERS/Toru Hanai)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik kembali dibuka menghijau pada perdagangan Rabu (5/10/2022), menyusul menghijaunya lagi bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa kemarin.

Indeks Nikkei Jepang dibuka melesat 0,81%, Hang Seng Hong Kong terbang 4,22%, Straits Times Singapura menguat 0,67%, ASX 200 Australia melonjak 1,53%, dan KOSPI Korea Selatan melejit 1,79%.

Sementara untuk pasar saham China hingga hari ini masih belum dibuka. Pekan ini merupakan Golden Week atau libur panjang di China, memperingati serangkaian Hari Nasional China.

Dari Korea Selatan, inflasi terpantau sedikit melambat pada September lalu, sebagai tanda bahwa pengetatan kebijakan mulai membebani permintaan.

Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) periode bulan lalu sedikit turun 5,6% (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Agustus lalu sebesar 5,7%. Angka ini juga lebih rendah dari prediksi pasar dalam polling Reuters yang memperkirakan CPI Negeri Ginseng tetap di 5,7%.

Sedangkan secara bulanan (month-on-month/mom), CPI Korea Selatan masih naik menjadi 0,3%, dari sebelumnya minus 0,1%.

Bank sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BoK), yang memulai siklus pengetatannya pada Agustus tahun lalu, telah tertinggal di belakang bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) karena AS menaikkan secara agresif untuk mengendalikan inflasi yang melonjak.

Selisih suku bunga telah mengirim won jatuh ke level terendah 13 tahun, meningkatkan biaya impor dan mengancam untuk memperkuat tekanan inflasi.

BOK mengatakan bahwa mereka melihat pertumbuhan harga konsumen bertahan dalam kisaran 5% -6% untuk waktu yang "cukup". Ini menyoroti meningkatnya tekanan dalam inflasi inti, yang mencapai 4,5% pada September dari tahun sebelumnya, sedikit di atas perkiraan ekonom sebesar 4,4%.

"Dengan inflasi inti yang masih terlihat tidak stabil, bank sentral belum berpikir tanda-tanda akan berkedip hijau," kata So Jaeyong, ekonom di Shinhan Bank yang memperkirakan kenaikan 50 basis poin (bp) ketika dewan bertemu minggu depan.

BOK memiliki dua pertemuan disisa tahun ini, dengan tingkat suku bunga saat ini berada di 2,5%.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung cerah bergairah pada hari ini terjadi di tengah cerahnya lagi bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Selasa kemarin, ditopang kembali dari turunnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah (US Treasury).

Indeks Dow Jones ditutup melejit 2,8% ke posisi 30.316,32, S&P 500 terbang 3,06% ke 3.790,93, dan Nasdaq Composite meroket 3,34% menjadi 11.176,41.

Pasar ekuitas memiliki awal yang kuat pada bulan ini, membalikkan penurunnya pada September 2022 dan kuartal sebelumnya.

"Setelah ambles lebih dari 9% di sepanjang September 2022 dan anjlok hampir 25% di sepanjang tahun ini, kita menilai indeks S&P 500 telah oversold," tutur Ketua Investasi UBS Global Wealth, Mark Haefele, dikutip dari CNBC International.

Sentimen telah membaik dalam dua hari terakhir karena yield Treasury tenor 10 tahun turun dan diperdagangkan sekitar posisi 3,63% pada Selasa kemarin, setelah pekan lalu sempat menyentuh di atas 4%.

Selain itu, angka lowongan pekerjaan AS per Agustus 2022 mengalami penurunan 10%, dari 11,2 juta menjadi 10,05 juta pekerjaan. Hal tersebut menjadi kabar baik di pasar.

"Orang-orang suka menunggu kabar baik tapi...kita tidak akan memiliki pemulihan di pasar ini sampai Fed memberi sinyal bahwa mereka akan berhenti menaikkan suku bunga dan itu tidak akan terjadi sampai inflasi mulai turun," tutur Analis Neuberger Berman newman Kroft.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular