Mulai Bangkit, Bursa Asia Ditutup Sumringah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup cerah bergairah pada perdagangan Selasa (4/10/2022), di tengah pulihnya pasar saham global pada awal perdagangan kuartal IV-2022.
Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup terbang 2,96% ke posisi 26.992,21, Straits Times Singapura melesat 1,02% ke 3.138,9, ASX 200 Australia meroket 3,75% ke 6.699,3, KOSPI Korea Selatan melejit 2,5% ke 2.209,38, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat 0,89% menjadi 7.072,26.
Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Festival Chung Yeung, hari penghormatan kepada leluhur.
Adapun untuk pekan ini, pasar keuangan di China termasuk perdagangan di bursa saham Shanghai dan Shenzhen libur selama sepekan dan tidak ada perilisan data ekonomi maupun agenda pasar lainnya karena sedang libur nasional.
Dari Australia, bank sentral (Reserve Bank of Australia/RBA) kembali menaikkan suku bunga acuannya pada hari ini. Namun, kenaikan suku bunga acuan RBA lebih rendah dari perkiraan pasar.
RBA menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp) ke level 2,6%, menjadi level tertinggi dalam sembilan tahun terakhir.
Kenaikan suku bunga acuan RBA lebih rendah dari perkiraan pasar dalam polling Reuters yang memperkirakan RBA menaikkan suku bunga sebesar 50 bp ke 2,85%.
Meskipun kenaikannya lebih kecil dari perkiraan, RBA mengatakan pihaknya memperkirakan akan terus menaikkan suku bunga tahun ini, mengingat inflasi cenderung masih jauh di atas kisaran targetnya.
Dalam pernyataan yang disiapkan, Gubernur RBA, Philip Lowe mengatakan inflasi kemungkinan akan naik dalam beberapa bulan mendatang dan mengakhiri tahun ini sekitar 7,75%.
"Ekspektasi inflasi jangka menengah tetap berlabuh dengan baik, dan penting agar hal ini tetap terjadi," kata Lowe.
"Prioritas Dewan adalah mengembalikan inflasi ke kisaran 2-3% dari waktu ke waktu. Dewan berusaha untuk melakukannya sambil menjaga ekonomi tetap seimbang. Jalan untuk mencapai keseimbangan ini adalah jalan yang sempit dan diselimuti ketidakpastian," tambahnya
Lowe menyatakan keprihatinannya atas dampak inflasi dan suku bunga tinggi terhadap pengeluaran rumah tangga dan kepercayaan konsumen, meskipun pengeluaran tetap optimis berkat pasar tenaga kerja yang ketat.
Inflasi utama Australia naik 6,1% pada tahun ini hingga Juni, laju tertinggi dalam lebih dari dua dekade. Angka ini jauh di atas kisaran target inflasi tahunan RBA sebesar 2% hingga 3%, dan diperkirakan akan tetap tinggi selama sisa tahun ini.
Di lain sisi, pasar saham global kembali pulih setelah imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun menurun dan diperdagangkan sekitar 3,65%, setelah sempat menyentuh rekor tertingginya hingga 4% pekan lalu.
Pelaku pasar menganggap bahwa periode kuartal keempat merupakan periode yang dapat disebut sebagai pemulihan bagi pasar saham global, setelah sepanjang September mengalami kinerja yang kurang bergairah, jika dilihat dari historisnya.
Menurut Kepala Strategi Investasi CFRA, Sam Stovall, bahwa reli pada perdagangan Senin kemarin disebabkan karena pelaku pasar optimis bahwa pada kuartal IV-2022, pasar saham bakal pulih, meski masih ada risiko makroekonomi.
"Karena S&P 500 turun lebih dari 9% pada September 2022, ISM lebih lemah dari yang diharapkan, begitu pula untuk pengeluaran konstruksi. Pasar menduga mungkin The Fed tidak akan agresif. Akibatnya, kita melihat yield obligasi turun dan dolar melemah. Faktor-faktor itu berkontribusi pada pergerakan yang kita lihat hari ini," tambah Stovall.
Stovall juga menyatakan bahwa secara historis kuartal empat merupakan salah satu kuartal terbaik dan mencatat bahwa reli di akhir tahun lebih kuat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Kabar Baik Bagi IHSG, Bursa Asia Menghijau
(chd/chd)