
Bangga! IHSG Menguat Sendirian di Asia-Pasific Sepanjang 2022

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham acuan Tanah Air diklaim sebagai bursa Asia-Pasifik dengan kinerja terbaik sepanjang tahun 2022 ini, meskipun sempat mengalami penurunan tajam pada Mei dan Juni lalu di tengah gonjang-ganjing tekanan ekonomi global.
Tahun 2022 menjadi salah satu tahun gemilang bagi korporasi Indonesia. Selain pembukaan ekonomi yang lebih luas dan pulihnya daya beli serta pertumbuhan ekonomi yang naik signifikan, tingginya harga komoditas turut menjadi kabar baik bagi dunia bisnis Tanah Air.
Tahun ini bursa saham Tanah Air menjadi satu dari sedikit pasar ekuitas global yang mampu memberikan pengembalian positif kepada para investor.
Sepanjang tahun ini, indeks acuan pasar saham domestik mampu menguat 6,51% terhitung sejak awal tahun meskipun sempat menghadapi beberapa hambatan di tahun 2022.
Dibalik cemerlangnya kinerja saham Tanah Air. Sebaliknya, indeks Hang Seng di Hong Kong, Kospi Korea Selatan, dan Taiex Taiwan telah jatuh lebih dari 25% tahun ini. Shanghai Composite dan Komponen Shenzhen China Daratan juga telah terpukul, masing-masing merosot hampir 17% dan 27%.
Nikkei 225 di Jepang, Nifty 50 India dan indeks SET di Thailand bernasib lebih baik, mencatat kerugian satu digit.
Sementara itu, indeks Straits Times Singapura memiliki kinerja terbaik kedua di kawasan ini, turun hanya 0,53%.
Kenapa Bursa Saham Indonesia Bisa Unggul?
Sama halnya seperti bursa saham global dan mayoritas bursa saham Asia-Pasifik lainnya, IHSG sempat mengalami tekanan seiring memburuknya perekonomian global dan proyeksi ke depan.
Indeks acuan Tanah Air tersebut sempat turun tajam pada Mei dan Juli lalu sebelum mengejar ketertinggalan hingga akhirnya bertahan di atas level 7.000 sejak awal Agustus. Meskipun sesekali sempat mencicipi zona 6.900-an.
Investasi asing ke saham RI telah mendorong indeks lebih tinggi. Pasalnya, Indonesia diuntungkan dari harga komoditas yang lebih tinggi.
Pada Juli lalu, saham-saham emiten batu bara kembali menjadi pendorong penguatan IHSG dipicu oleh kenaikan harga batu bara. Ini menjadi katalis positif untuk harga saham produsen batu bara domestik.
Kenaikan harga batu bara dipicu oleh rencana Eropa untuk kembali beralih ke bahan bakar fosil. Rencana tersebut merespons krisis energi yang dialami oleh Benua Biru akibat perang Rusia dan Ukraina yang terus berlanjut dan membuat pasokan gas langka.
Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar dunia berpeluang mengambil pasar Eropa di tengah kondisi seperti sekarang ini.
Menurut Maynard Arif, kepala ekuitas Indonesia di DBS Group Research, Negara Asia Tenggara ini merupakan pengekspor komoditas. Pemulihan ekonomi telah terjadi pasca pembatasan Covid-19 dicabut, meskipun ekonomi maju mengalami dorongan ini sebelumnya.
"Pertumbuhan pendapatan 2022 di pasar Indonesia tetap kuat, bahkan setelah pemulihan besar pada 2021 dari basis yang rendah," kata Maynard kepada CNBC melalui email dikutip CNBC International
Indonesia akan optimis dapat bangkit meskipun menghadap tantangan dari kenaikan suku bunga dari The Fed dan dolar AS yang kian perkasa sehingga membuat rupiah sempat ambrol sehingga menyebabkan outflow untuk obligasi pemerintah tahun ini.
Kendati demikian, penurunan harga komoditas merupakan sumber ketidakpastian bagi Indonesia ke depan, kata Manishi Raychaudhuri, kepala penelitian ekuitas Asia-Pasifik BNP Paribas.
"Mengingat penurunan harga energi, kami menyarankan kehati-hatian dan pendekatan yang gesit untuk sektor energi pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya," tulisnya dalam sebuah laporan tertanggal 28 September.
Ini menunjukkan bahwa pasar keuangan dalam negeri tak lepas dari tekanan global. Walaupun kalau dilihat lebih rinci, tekanan yang dirasakan masih lebih ringan dibandingkan banyak negara lain.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/aum) Next Article Bursa Asia Sumringah, IHSG Juga Ikutan
