Apa Kemiripan Kasus Credit Suisse dengan Lehman Brothers?

Muhammad Maruf, CNBC Indonesia
04 October 2022 13:28
Foto Story 10 Tahun Pasca Krisis Ekonomi 2008
Foto: Eric Lipps, 52, menunggu dalam antrean untuk memasuki Job Fair NYCHires di New York, Amerika Serikat, 9 Desember 2009.

Jakarta, CNBC Indonesia - "Saya bertanggung jawab atas keputusan yang saya ambil. Sampai mati pun saya akan mencari tahu, saya tidak tahu kenapa hanya kami yang tidak diselamatkan," ujar Richard Severin Fuld Jr, CEO Lehman Brothers Holdings Inc.

Kalimat tersebut dinyatakan Fuld 21 hari setelah Lehman dibiarkan bangkrut oleh pemerintah Amerika Serikat pada September 2008, di depan Kongres AS. Kutipan yang diambil dari buku Tsunami Finansial ini menggambarkan betapa Lehman merasa tidak pantas dibangkrutkan karena prinsip too big too fall­-istilah untuk menujukkan dampak sistemik sebuah institusi besar bila dibiarkan bangkrut.

Pelaku pasar, media kini menghubung-hubungkan kisruh di Credit Suisse, sebuah bank kakap asal Swiss yang diduga tengah mengalami kesulitan permodalan dan likuditas dengan situasi Lehman saat krisis global 2008 silam. Kenyataannya demikian. Tidak ada yang menyangka bank sebesar Lehman kala itu bisa kolaps seketika.

Tidak pula dinyana itu hanyalah puncak es krisis finansial di AS yang kemudian merambat ke pasar global. Lehman, pada lima hari sebelum bangkrut, telah mengurangi neraca keuangan hingga US$188 miliar.

Lehman lantas menyalahkan media, rumors dan lembaga rating yang dinilai begitu jahat. "Tindakan mereka membuat hilangnya kepercayaan klien dan rekanan." Kami seolah melihat kembali bayangan kelam 11 September 2001. Saat itu, kantor kami hancur berkeping-keping, karyawan berhamburan menyelamatkan nyawa. "Ini, lebih mengerikan dari sekedar kejadian tragis itu," kata Fuld.

Lehman Brothers didirikan pada 1850 oleh tiga bersaudara di Montgomery, Alabama. Awalnya sebuah toko yang kemudian menjelma menjadi bank investasi. Satu dekade kemudian, pada 2002 mencatatkan diri dalam peristiwa penting initial public offering-penawaran saham perdana--perusahaan finansial terbesar sepanjang sejarah kala itu.

Berderet gelar disematkan. Diganjar Best Investment Bank" oleh Euromoney pada 2005. Setahun kemudian, Fortune 500 menempatkan di posisi pertama, dan pada 2007 oleh majalah yang sama Lehman menyabet nomor wahid kategori "Most Admired Securities Firm".

Antara 2004 hingga 2007 Lehman terus menerus memecahkan rekor. Sejak 1994 hingga 2007 mampu melecut pendapatan bersih 600% dari US$2,73 miliar menjadi US$19,2 miliar.

Sepanjang itu, nilai saham Lehman terbang dari semula US$5 per lembar menjadi US$86 per lembar. Lehman mempekerjakan 28 ribu orang pada 60 cabang di lebih dari 28 negara.

Sampai dengan paruh pertama 2008, tak ada yang aneh pada Lehman. Pada Maret, Fuld malah mendapatkan bonus US$22 juta juta untuk prestasi luar biasa mendongkrak laba 5% menjadi US$4,2 miliar pada 2007.

Sampai saat itu, publik belum tahu brangkas uang Lehman telah jebol oleh sangkut paut miliaran transaksi derivatif. Terutama, setelah Bear Stearns mengaku bangkrut pada Maret dan Fannie Mae dan Freddie Mac yang limbung pada Juli 2008.

Credit Suisse menjadi bagian penting dalam sejarah dan pembangunan Swiss. Ini berbeda dengan Lehman yang perannya tak begitu menonjol di masa masa awal pendirian. Bank ini didirikan pada 1856, oleh pebisnis sekligus politisi Alfred Escher, utamanya untuk fokus pembiayaan pembangunan sistem kereta api negeri cokelat itu, sekaligus mendukung era industrialisasi.

Dengan serangkaian merger dan akusisi, Credit Suisse tumbuh kembang menjadi kreditur terbesar kedua di Swiss dan masuk dalam jajaran top bank di daratan Eropa.

Kini mereka mempekerjakan lebih dari 50 ribu pegawai, beserta lebih dari 3.500 relation managers yang melayani klien secara global. Nilai dana kelolaanya mencapai CHF 1,6 triliun atau setara lebih dari 24 ribu triliun dalam kurs rupiah (Rp15,400) pada 2021. 

Bank ini adalah bank yang penting bagi sistem perbankan global Swiss. Kegagalannya dapat menyebabkan kerusakan serius pada perekonomian dan sistem keuangan negara. Dengan kata lain, inilah too big too fail, Credit Suisse bagi perekonomian Swiss.

Apa yang terjadi sebenarnya adalah ketidakpercayaan pasar atas rencana besar perubahan bisnis Credit Suisse yang rencananya akan diumumkan pada 27 Oktober mendatang. Ini diumumkan pada Juni lalu sembari memperkenalkan CEO Koerner, yang menggantikan Thomas Gottstein.

Namun mereka telah membocorkan tema besar rencana tersebut, yakni akan memperkuat franchise bisnis wealth management, memperkecil bisnis bank investasi menjadi bisnis yang lebih "capital-light, advisory-led", serta mengevaluasi opsi-opsi strategis pada produk sekuritisasi, seperti dikutip dari Reuters.

Kalaupun Credit Suisse butuh modal ada banyak opsi yang sebenarnya bisa ditempuh ditengah himpitan suku bunga pinjaman yang mahal akibat rating utang mereka yang turun. Misalnya, pinjaman dari pemegang saham atau bahkan suntikan modal dari pemerintah Swiss sebagai jalan terakhir. Ini tentu jauh berbeda dengan apa yang dialami Lehman dulu.

Credit Suisse memiliki hubungan besar dengan sektor keuangan Inggris, dimana ada lebih dari 5.000 pekerja di sana. Reuters memberitakan bank sentral Inggris, (Bank of England/BoE) dan otoritas finansial Swiss, FINMA bersama sama sedang memonitor Credit Suisse.

Pejabat Credit Suisse sudah membantah rumor dan pemberitaan buruk seputar modal dan likuditas. Namun, sejumlah skandal tak dapat ditutup-tutupi, diantaranya kerugian miliaran setelah Archegos Capital Management bangkrut, kerugian akibat pinjaman macet di Greensill Capital, dan denda ratusan juta atas skandal pinjaman di Mozambik.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mum/mum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kisruh Credit Suisse, Picu Krisis Finansial Global Jilid 2?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular