
Jeblok Enam Bulan Beruntun, Emas Sudah Tak Laku?

Emas mendapat tekanan hebat begitu data inflasi AS keluar pada pertengahan Mei. Inflasi AS melambung ke 8,6% pada Mei atau level tertinggi dalam 41 tahun terakhir. The Fed pun mulai mengeluarkan pernyataan mengenai kebijakan agresifnya sehingga pasar mulai bertaruh akan kenaikan suku bunga sebesar 75 bps untuk Juni.
"Setelah inflasi AS naik, pasar semakin yakin jika The Fed akan menaikkan suku bunga acuan secara agresif. Sangat berat bagi emas untuk bisa menguat ke depan kecuali jika dampak inflasi bisa menghentikan kenaikan suku bunga," tutur Philip Streible, dari Blue Line Futures Chicago, kepada Reuters.
Sejak awal Juli, emas resmi keluar dari level US$ 1.800 karena The Fed kembali menegaskan sikap agresifnya. Emas terus turun hingga ke posisi US$ 1.706 pada 15 Juli atau sehari sebelum pengumuman. Selain keperkasaan dolar, emas juga mulai tertekan oleh isu resesi.
Analis dari Kitco Metals Jim Wyckoff mengatakan dalam kondisi normal, isu resesi akan membuat emas terdongrak karena banyak orang mencari aset aman seperti emas.
Namun, kebijakan agresif The Fed membuat emas kurang dilirik sebagai aset aman pada tahun ini. Investor memilih menanamkan uang mereka untuk membeli dolar AS yang dianggap lebih aman dan menguntungkan.
Isu perlambatan ekonomi AS sempat membuat emas menguat pada akhir Juli. Terkontraksinya ekonomi AS pada kuartal II membuat Negara Paman Sam secara teknis memasuki resesi. Pasar semula berekspektasi jika kontraksi ekonomi AS akan membuat The Fed mengendurkan kebijakannya.
Ketegangan politik antara AS dan China terkait kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan juga membuat emas kembali dicari sehingga harganya terus merangkak naik dari US$ 1.717 pada 26 Juli menjadi US$ 1.801 pada 12 Agustus.
Namun, harga emas terjun bebas karena pidato keras Chairman The Fed Jerome Powell. Dalam simposium Jackson Hole pada 26 Agustus, Powell menegaskan sikap tegas The Fed yang tidak akan mentolerir inflasi. The Fed bahkan tidak perduli jika kebijakannya membuat ekonomi AS "sakit".
Emas terlempar dari level psikologis US$ 1.700 pada 14 September menjelang rapat Federal Open Market Committee (FOMC).
Emas sedikit membaik setelah ketegangan Rusia-Ukraina meningkat pada akhir September tetapi tetap tak mampu menembus US$ 1.700. Pada perdagangan Senin (3/10/2022) pukul 06: 30 WIB, harga emas menguat 0,23% ke posisi US$ 1.663,61 per troy ons.
Dalam sepekan, harga emas sudah menguat 2,6% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas masih anjlok 2,8% sementara dalam setahun ambles 5,9%. Dalam enam bulan terakhir, emas jeblok 13,5%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]