
Resesi Tak Cukup, Dunia Perlu Amburadul Buat Kerek Harga Emas

Isu resesi hingga saat ini masih belum mampu mendongkrak harga emas. Sebabnya, ketika resesi terjadi maka inflasi tinggi yang melanda di berbagai negara akan menurun.
Emas secara tradisional dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Ketika ekspektasi inflasi jangka panjang rendah, maka emas akan lemah.
Hal itulah yang digarisbawahi oleh triliuner John Paulson yang juga founder Paulson & Co.
"Masalahnya adalah emas merupakan lindung nilai terhadap inflasi. Saat ini inflasi memang tinggi, tetapi ekspektasi inflasi jangka panjang masih sangat rendah. Ekspektasi tersebut sekitar 2,5% dan tidak berubah meski The Fed telah menaikkan suku bunga," kata Paulson sebagaimana dilansir Kitco, Selasa (27/9/2022).
Menurutnya, agar harga emas mampu naik, perekonomian harus mulai melambat setelah suku bunga dinaikkan dengan agresif. Itu akan membuat The Fed memperlambat laju kenaikan suku bunga.
"Lalu The Fed melihat pelambatan ekonomi tidak bisa mengontrol inflasi. Inflasi tidak akan turun ke 2%, skenario terbaik ke 4%, 5% atau 6%, dan ekonomi melambat. The Fed kemudian melonggarkan kebijakan moneter lagi, inflasi akan kembali menanjak," tambahnya.
Melihat prediksi tersebut, artinya perekonomian Amerika Serikat dan dunia harus amburadul dulu agar harga emas bisa kembali naik. Ketika suku bunga tinggi tetapi inflasi tidak turun, maka stagflasi yang terjadi. Bahkan tidak menutup kemungkinan resesi yang panjang, hingga depresi.
Jika terlihat The Fed tidak bisa mengontrol inflasi maka ekspektasi inflasi akan kembali naik, harga emas akan kembali melesat.
"Pada satu titik, ekspektasi inflasi jangka panjang akan naik. Pelaku pasar tidak akan percaya The Fed mampu mengendalikan inflasi. Lalu saya pikir emas akan menanjak semakin tinggi," kata Paulson.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]