
Putin Bakal Menang Banyak, Nikel Rusia Masih Dibutuhkan Eropa

Jakarta, CNBC Indonesia - Nikel Rusia memang tidak menjadi komoditas langsung yang diboikot oleh aliansi negara barat. Sayangnya negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin tersebut 'ditendang' dari sistem keuangan dunia, membuat perdagangan nikel Rusia ikut kena imbasnya.
Norilsk produsen nikel yang berkontribusi terhadap 61,4% dari total produksi Rusia disebut Fitch Solution akan menghadapi tantangan untuk terus meningkatkan hasil operasional nikel selama beberapa kuartal mendatang karena kurangnya pengembangan proyek dan sanksi internasional.
Selain itu, biaya transportasi untuk ekspor juga meningkat karena larangan penerbangan dan meningkatnya risiko sanksi bagi importir Eropa yang merupakan pasar terbesar Rusia.
Namun, di tengah hambatan dan tantangan tersebut Rusia masih memiliki peluang potensial dari manufaktur baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) untuk beberapa tahun mendatang.
Pada Oktober 2018, Norilsk Nickel dan perusahaan kimia baterai BASF menyetujui kemitraan untuk membangun pabrik manufaktur baterai baru di Harjavalta, Finlandia. Pabrik tersebut mulai berproduksi pada tahun 2020 dan memiliki kapasitas untuk memasok 300.000 EV per tahun.
Fitch solution dalam risetnya mengatakan ada dua alasan pasar baterai EV memberi keuntungan bagi Rusia di masa depan.
Pertama, harapan akan nikel menjadi penerima manfaat utama dari pertumbuhan pasar EV di sisi permintaan karena produsen sering menggunakan baterai katoda NMC yang berat nikel. Kedua, ada kekurangan kapasitas produksi baterai lokal Eropa untuk memenuhi permintaan EV yang berkembang di wilayah tersebut.
Sebagai produsen utama nikel di benua itu, perjanjian Norilsk dengan BASF dapat memposisikan perusahaan, dan dengan perluasan Rusia, sebagai pemasok baterai terbesar untuk pasar EV di Eropa.
Saat ini, permintaan Eropa untuk nikel terkait EV tetap tidak langsung, yang mengacu pada permintaan nikel dalam baterai EV yang diproduksi di luar Eropa.
Rusia sendiri memiliki sumber daya bijih nikel sulfida bermutu tinggi yang solid dan penambangan nikel kelas 1-nya didukung oleh fasilitas pembuatan baterai domestik. Produsen nikel kadar tinggi terbesar di dunia, Norilsk Nickel, pun mengoperasikan sejumlah tambang nikel Kelas 1 di Rusia.
Fitch Solution mengatakan meskipun ada sanksi, potensi nikel sebagai logam "akan terus berlanjut." Rusia merupakan produsen nikel terbesar ketiga di dunia dengan produksi sekitar 7% dari pasokan global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras) Next Article Harga Nikel Longsor, Covid-19 Jadi Biang Kerok